MAKALAH KONSEP DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MAKALAH
KONSEP DASAR PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
Dosen
Pengampu: Ruski, M.Pd

Disusun oleh: kelompok 1
1. Aisyatur
Robiah 1622211006
2. Adi Imam
1622211004
3. Farihah 1622211073
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI BANGKALAN
PENDIDIKAN
EKONOMI
2017
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT berkat
rahmat-Nya kami di berikan kesehatan untuk mengyelesaikan tugas-tugas
perkuliahan. Dan berkat ridho-Nya pula kami diberi kekuatan untuk membuat
makalah yang berjudul “Konsep Dasar
Perkembangan Peserta Didik” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi
Perkembangan peserta Didik”.
Karena kami masih dalam tahap
pembelajaran, tentunya kami secara sadar mengakui masih banyak kekurangan,
untuk itu kami mohon kritik dan sarannya untuk membangun kesempurnaan makalah
ini. Dan dalam hal ini kami memohon maaf apabila terjadi kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi selama
manusia hidup. Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan
yang secara dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut
sepanjang siklus kehidupan manusia yang terjadi akibat dari kematangan dan
pengalaman. Studi mengenai perkembangan seseorang tidak lagi seperti
dahulu yang berhenti pada waktu seseorang mencapai kedewasaannya, melainkan
berlangsung terus menerus dan mulai konsepsi hingga orang itu mati. Pembentukan
pada masa dini ini akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat penyesuaian
fisik, psikologis dan sosial pada masa-masa yang kemudian. Hal ini pula
menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa dini ini harus sedemikian
rupa sehingga dapat mengarah kepada penyesuaian sosial dan penyesuaian pribadi
yang baik pada masa yang akan datang. Dalam proses ini banyak dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu yaitu, pendidikan, pergaulan, lingkungan, keluarga
dan lainnya. Misalnya kita setiap hari banyak menemui orang-orang, yang satu
baik dan aktif, yang satu terbilang nakal. Oleh karena itu perlu kita
ketahui faktor–faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam perkembangan
peserta didik.
B.
RUMUSAN MASALAH
a.
Bagaimana hakikat perkembangan
peserta didik?
b. Apa
saja hukum – hukum perkembangan?
c. Apa
saja fase – fase perkembangan?
d. Faktor
apa saja yang mempengaruhi perkembangan?
e. Bagaimana
gambaran umum tentang aspek – aspek perkembangan peserta didik?
f.
Apa saja karakteristik umum
perkembangan peserta didik?
C.
TUJUAN
a. Untuk
mengetahui bagaimana hakikat perkembangan peserta didik?
b. Untuk
mengetahui apa saja hukum – hukum perkembangan?
c. Untuk
mengetahui apa saja fase – fase perkembangan?
d. Untuk
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan?
e. Untuk
mengetahui bagaimana gambaran umum tentang aspek – aspek perkembangan peserta
didik?
f. Untuk
mengetahui apa saja karakteristik umum perkembangan peserta didik?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT PERKEMBANGAN
Istilah
“perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup
rumit dan kompleks. Didalamnya terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk
dapat memahami konsep perkembangan, perlu terlebih dahulu memahami beberapa
konsep lain yang terkandung di dalamnya, diantaranya: pertumbuhan, kematangan,
dan perubahan.
Perkembangan (development)
Secara sederhana Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “Long-tern changes in a person’s growth, feelings, patterns of thingking, social relationships, and motor skills.” Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai: (i) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (ii) pertumbuhan, (iii) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, (iv) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.” Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimilki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan cirri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.” Menurut F.J Monks, dkk, (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan dan belajar.” Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus – menerus dan bersifat tetap dari fungsi – fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ketahap kematangan, selain itu perkembangan juga dapat didefenisikan sebagai perubahan organisme ( individu) baik dalam perubahan fisik maupun perubahan dalam psikisyang mengacu pada bertambah kompleksitas yaitu perubahan dari suatu yang sangat sederhana kepada suatu yang lebih rumit dan rinci, yang semuanya berlangsung secara teratur dan terorganisasi yang berlangsung sepanjang hayat dari individu.
Secara sederhana Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “Long-tern changes in a person’s growth, feelings, patterns of thingking, social relationships, and motor skills.” Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai: (i) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (ii) pertumbuhan, (iii) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, (iv) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.” Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimilki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan cirri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.” Menurut F.J Monks, dkk, (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan dan belajar.” Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus – menerus dan bersifat tetap dari fungsi – fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ketahap kematangan, selain itu perkembangan juga dapat didefenisikan sebagai perubahan organisme ( individu) baik dalam perubahan fisik maupun perubahan dalam psikisyang mengacu pada bertambah kompleksitas yaitu perubahan dari suatu yang sangat sederhana kepada suatu yang lebih rumit dan rinci, yang semuanya berlangsung secara teratur dan terorganisasi yang berlangsung sepanjang hayat dari individu.
Pertumbuhan (growth)
Pertumbuhan (growth) dapat diartikan sebagai proses
perubahan dalam aspek jasmaniah, seperti bertambahnya tinggi dan berat badan
seseorang, berubahnya struktur tulang, proporsi badan, semakin sempurnanya
jaringan syaraf dan lain-lain. Dengan arti kata perubahan dalam pertumbuhan
bersifat kuantitatif yang mengacu pada perubahan fisik yang dialami individu
sebagai hasil dari proses pematangan dari fungsi-fungsi fisik yang berlangsung
secara normal bagi orang yang sehat dalam periode waktu tertentu.
Pertumbuhan jasmani dapat diteliti dengan mengukur berat
badan, panjang dan ukuran lingkatran, misalnya lingkar kepala, dada, pinggul
dan lengan. Dalam pertumbuhan setiap bagian tubuh mempunyai perbedan tempo
kecepatan misalnya, pertumbuhan alat-alat kelamin berlangsung paling
lambat pada masa kanak-kanak, dan menjadi lambat pada akhir masa kanak-kanak
dan relative berhenti pada masa pubertas.
Kematangan (maturation)
Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa inggris disebut dengan maturation, sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Seperti pertumbuhan, kematangan juga berasal dari istilah yang sering digunakan dalam biologi. Chaplin (2002) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (i) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (ii) proses pekembangan, yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun). Menurut Davidoff (1988), menggunakan istilah kematangan untuk menunjuk pada muculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada pertumbuhan jasamani dan kesiapan susunan saraf. Proses kematangan ini juga sangat bergantung pada gen, karena pada saat terjadinya pertumbuhan, gen sudah memprogramkan potensi-potensi tertentu untuk perkembangan makhluk tersebut yang sudah lengkap ketika ia dilahirkan, dan ini dapat terlihat dari perjalanan perkembangan makhluk itu secara perlahan-lahan di kemudian hari. Dapat disimpulakan bahwa kematangan adalah merupakan suatu keadaan atau tahap pencapaian proses pertumbuhan atau perkembangan. Kematangan juga dapat berarti matangnya suatu fungsi atau potensi mental psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan.
Perubahan (change)
Kematangan (maturation)
Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa inggris disebut dengan maturation, sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Seperti pertumbuhan, kematangan juga berasal dari istilah yang sering digunakan dalam biologi. Chaplin (2002) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (i) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (ii) proses pekembangan, yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun). Menurut Davidoff (1988), menggunakan istilah kematangan untuk menunjuk pada muculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada pertumbuhan jasamani dan kesiapan susunan saraf. Proses kematangan ini juga sangat bergantung pada gen, karena pada saat terjadinya pertumbuhan, gen sudah memprogramkan potensi-potensi tertentu untuk perkembangan makhluk tersebut yang sudah lengkap ketika ia dilahirkan, dan ini dapat terlihat dari perjalanan perkembangan makhluk itu secara perlahan-lahan di kemudian hari. Dapat disimpulakan bahwa kematangan adalah merupakan suatu keadaan atau tahap pencapaian proses pertumbuhan atau perkembangan. Kematangan juga dapat berarti matangnya suatu fungsi atau potensi mental psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan.
Perubahan (change)
Perkembangan
mengandung perubahan, tetapi bukan berarti setiap perubahan bermakna
perkembangan. Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk
memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya dimana dia berada,
yang sering disebut aktualisasi diri. Secara garis besar perubahan-perubahan
yang terjadi dalam perkembangan itu dapat dibagi ke dalam empat bentuk, yaitu:
1.
Perubahan dalam bentuk Besarnya
Perubahan-perubahan
dalam bentuk dan ukuran ini terlihat dalam pertumbuhan jasamani dan
perkembangan mental seseorang. Setiap tahunnya perkembangan jasmani seorang
anak mengalamai perubahan begitupun dengan mental anak pasti akan menunjukkan
kemajuan.
2. Perubahan – perubahan dalam proporsi
Pertumbuhan
fisik tidaklah terbatas pada perubahan - perubahan ukuran, tetapi juga pada
proporsi. Anak bukanlah manusia dewasa dalam bentuk kecil, melainkan
keseluruhan tubuhnya menunjukan proporsi – proporsi yang berbeda dengan orang
dewasa. Hal ini terbukti apabila tubuh seseorang bayi dibandingkan dengan tubuh
orang dewasa. Kemudian ketika anak mencapai usia puberitas, baru proporsi
tubuhnya mulai menyerupai orang dewasa. Perubahan proporsi juga tampak
dalam perkembangan mental serta minat – minat dalam diri anak.
3. Hilangnya bentuk atau cirri – cirri lama
Jenis perubahan ketiga yang terjadi dalam
perkembangan individu adalah hilangnya bentuk dan ciri - ciri tertentu dalam
fisik dan mental. Seperti perubahan pada hilangnya kelenjar anak anak yang
terletak di leher, kelenjar pineal pada otak, reflek – reflek tertentu, dsb.
4. timbul atau lahirnya bentuk atau cirri –
cirri baru
Dengan
menghilangnya bentuk dan cirri - ciri lama yang tidak berguna lagi, maka
timbullah cirri - ciri dan bentuk perubahan - perubahan fisik dan mental yang
baru.
B. HUKUM – HUKUM PERKEMBANGAN
Selama hayatnya manusia sebagai
makhluk individu mengalami perkembangan yang berlangsung secara
berangsur-angsur, perlahan tapi pasti, mengalami berbagai fase, dan ada kalanya
diselingi oelh krisis yang datangnya pada waktu-waktu tertentu.proese
perkembangan yang berkesinambungan, beraturan, bergelombang, naik dan turun,
yang berjalan dengan kelajuan cepat atau lambat, semuanya itu menunjukkan
betapa perkembangan mengikuti patokan-patokan atau tunduk pada hukum - hukum
tertentu yang disebut hukum perkembangan. Hukum-hukum perkembangan itu adalah:
1. Hukum Kesatuan Organis
Menurut hukum ini anak adalah
satu kesatuan organis, bukan suatu penjumlahan atau suatu kumpulan unsur yang
berdiri sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan adalah differensiasi atau
pengkhususan dari totalitas pada unsur-unsur atau bagian-bagian baru, bukan
kombinasi dari unsur-unsur atau bukan suatu kumpulan dari bagian-bagian.
2. Hukum Tempo Perkembangan
Menurut hukum ini, setiap anak
mempunyai tempo kecepatan perkembangan sendiri-sendiri. Artinya, ada anak yang
mengalami perkembangan cepat, sedang, dan lambat. Tempo perkembangan seorang
anak sebenarnya dapat diubah sedikit tetapi tidak dapat dipaksakan. Misalnya
ada orang tua yang menganggap dirinya bijaksana, dengan berusaha mengajari
anaknya yang belum sekolah membaca, menulis dan berhitung. Kemudian ketika
anaknya sekolah tidak diberi kesempatan bermain – main. Tindakan ini dapat
mempercepat perkembangan akan tetapi tindakan seperti ini sebenarnya tidak
tepat.
3. Hukum Irama Perkembangan
Hukum irama berlaku untuk
setiap manusia, baik perkembangan jasmani maupun rohani tidak selalu dialami
perlahan-lahan dengan urutan-urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang
- gelombang besar dan kecil silih berganti. Di samping memiliki tempo,
perkembangan juga berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk
setiap manusia. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani tidak
selalu dialami perlahan- lahan dengan urutan- urutan yang teratur, melainkan
merupakan gelombang- gelombang besar dan kecil yang silih berganti. Pada suatu
masa, laju perkembanganya berjalan dengan cepat, tetapi pada waktu berikutnya
sedikitpun tidak tampak kemajuan (terhambat).
Kelajuan atau keterhambatan dalam
perkembangan itu tidak sama besar pada setiap anak. Demikian pula proses
percepatan maupun pelambatan dalam peralihan perkembangan tidak sama cara
berlangsungnya pada setiap anak. Demikian pula proses percepatan maupun
perlambatan dalam peralihan perkembangan cepat atau lambat ini, anak dapat
dibedakan atas tiga golongan, yaitu:
a.
Anak yang tidak menunjukkan
perkembangan yang cepat ataupun terhambat, melainkan perkembangannya
berlangsung mendatar dan maju secara berangsur- angsur. Semuanya berlangsung
dengan dengan tenang, masa yang satu disambung oleh masa berikutnya dengan
tidak menunjukkan peralihan yang nyata.
b.
Anak yang cepat sekali
berkembang pada waktu kecilnya, tetapi sesudah besar kecepatan perkembangannya
semakin berkurang sehingga akhirnya berhenti sama sekali.
c.
Anak yang lambat laju
perkembangannya pada waktu kecil, tetapi semakin besar (lama) semakin bertambah
cepat kemajuannya.
4. Hukum Masa Peka
Masa peka adalah suatu masa
ketika fungsi - fungsi jiwa menonjolkan diri keluar, dan peka akan pengaruh
rangsangan yang datang. Menurut Maria Montessori asal Italia ini berpendapat
bahwa masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah
sekali dipengaruhi dan dikembangkan. Masa peka merupakan masa
pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali di pengaruhi dan dikmbangkan.
Usia 3-5 tahun merupakan masa peka, pada masa ini adalah masa yang baik sekali
untuk mempelajari bahasa ibu dan bahasa di daerahnya. Contohnya, anak yang peka
terhadap bahasa, sebut saja Alya yang berumur 4 tahun. Alya dibesarkan di Bogor
sehingga ia dapat dapat berbahasa sunda dengan baik. Karena ayahnya
dimutasikan ke Solo, dan seluruh keluarganya ikut kesana. Baru satu tahun di
sana Alya sudah bisa berbahasa Jawa, sedangkan ayah dan ibunya belum bisa
berbahasa Jawa.
Oleh karena itu, dapat dipahami
bahwa sebaiknya orang tua mengarahkan potensi yang di miliki anak, agar dapat
berkembang dengan baik terlebih pada masa peka anak, yang mana masa peka ini
merupakan suatu masa dimana anak dapat dengan mudah untuk menangkap rangsangan
atau stimulus yang datang. Jika pada masa peka ini tidak dapat di kembangkan
dengan baik, dikhawatirkan akan mengalami kelainan yang akan mengganggu
perkembangan anak karena ia peka tidak mendapatkan pendidikan dan pelayanan
yang maksimal.
5. Hukum Rekapitulasi
Menurut Hackle asal jerman ini menyebut hukum ini hukum
biogenetis. Dalam hukum rekapitulasi ini perkembangan jasmani individu
merupakan ulangan dari perkembangan jenisnya. Dengan kata lain, otogenese
adalah rekapitulasi dari phylogenese. Otogenese adalah perkembangan individu
sedangkan phylogenese adalah kehidupan nenek moyang suatu bangsa. Dengan
demikian menurut hukum rekapitulasi ini perkembangan yang dialami seorang anak
merupakan ulangan ringkas sejarah kehidupan umat manusia. Berdasarkan hukum rekapitulasi tersebut, perkembangan individu
dapat digolongkan kedalam babarapa fase atau masa yang dalam bentuk realnya
dapat dilihat dari permainan mereka. Adapun fase-fase perkembangan tersebut
adalah:
a.
Masa berburu dan menyamun ( sampai
dengan 8 tahun)
Ciri-ciri yang menonjol dari
masa ini adalah bahwa anak-anak dalam permainannya menunjukkan kesenangan
menangkap binatang, bermain dengan panah-panahan, membuat rumah-rumahan, saling
mengintai, saling memata-matai, saling menyelinap untuk menangkap musuh, dan
sebagainya.
b.
Masa beternak (8-10 tahun)
Masa ini juga disebut
dengan masa menggembala. Cara yang menonjol pada masa ini adalah anak senang
sekali memelihara binatang. Misalnya, memelihara ayam, merpati, perkutut, kucing,
hamster, atau kambing.
c.
Masa bertani atau bercocok
tanam (10-12 tahun)
Ciri yang menonjol pada
masa ini adalah anak gemar memelihara tanaman. Misalnya, tanaman bunga, tanaman
pot bunga, atau tanaman dihalaman rumah. Biasanya anak ingin mempunyai kebun
sendiri meskipun dalam ukuran mini.
d.
Masa berdagang (12-14 tahun)
Ciri yang menonjol pada
masa ini adalah perhatian anak terutama tertuju kepada hal-hal yang mirip
dengan perdagangan. Misalnya, bermain jual beli dengan uang dari kertas atau
daun, tukar menukar perangko bekas, pengumpulan bungkus rokok, karcis bekas,
dan sebagainya.
e.
Masa industri (15 tahun ke
atas)
Ciri yang menonjol pada masa
ini adalah anak gemar membuat permainannya sendiri dengan bahan-bahan yang ada
disekelilingnya. Misalnya, membuat layang-layang, membuat seruloing bambu,
katapel, gasing, dan sebagainya.
6. Hukum mempertahankan dan mengembangkan diri
Dalam diri anak terdapat hasrat
dasar untuk mempertahankan dan mengembangkan diri. Hasrat mempertahankan diri terlihat
dalam bentuk-bentuk nafsu makan dan minum, menjaga keselamatan diri. Sedangkan
hasrat pengembangan diri seperti hasrat ingin tahu, mengenal lingkungan, ingin
bergerak, kegiatan bermain-main, dan sebagainya.
7. Hukum Predistinasi
Menurut hukum predistinasi
berarti betapapun sempurnanya pembawaan, bakat, dan sifat-sifat keturunan,
betapapun baiknya lingkungan dan pemeliharaan anak, serta betapapun lengkapnya
sarana dan sumber penghidupan, tetapi proses dan jalan perkembangan tidak akan
berlangsung sebagaimana yang dikehendaki manusia seandainya nasib tidak
membawanya demikian atau jika tidak diizinkan Allah.
C. FASE – FASE PERKEMBANGAN
Fase perkembangan berarti
penahapan atau periodesasi tentang kehidupan manusiayang ditandai ciri-ciri
atau pola tingkah laku tertentu. secara garis besar ada empat dasar pembagian
fase perkembangan yaitu:
1. Berdasarkan ciri-ciri
biologis
perkembangan berdasarkan ciri biologis
diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:
Aristoteles
Dia membagi perkembangan manusia dalam tiga masa, dimana
dalam setiap fase meliputi masa tujuh tahun, yiatu:
§ Fase anak kecil atau masa bermain (0-7 Tahun) yang diakhiri
dengan tanggal atau pergantian gigi.
§ Fase anak sekolah atau masa belajar (7-14 tahun), yang
dimulaki dari tumbuhnya gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya
kelenjar-kelanjar kelamin.
§ Fase remaja (pubertas) atau masa peralihan dari anak menjadi
dewasa (14-21 tahun), yang dimulai dari mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar
kelamin sampai akan memamsuki masa dewasa.
Sigmun
Freud
Dasar - dasar pembagiannya adalah pada cara-cara
reaksi-reaksi bagian-bagian tubuh tertentu. fase-fase itu adalah:
a) Fase infantile, umur 0-5 tahun. Fase
ini dibedakan menjadi tiga yaitu:
§ Fase oral (0-1 tahun), dimana anak mendapatkan kepuasan
seksuil melalui mulutnya.
§ Fase anal (1-3 tahun), dimana anak mendapat kepuasan seksuil
melalui anusnya.
§ Fase phalis (3-5 tahun), dimana anaka mendapatkan kepuasan
seksuil melalui alat kelaminnya .
b) Fase laten (5-12 Tahun)
Pada fase ini anak tampak pada keadaan
tenang setelah terjadi gelombang dan badai (strumund drang)pada tiga fase
pertama. Pada fase ini desakan seksuil anak mengendur. Anak dapat dengan mudah
melupakan desakan seksuilnya dan mengalihkan perhatiannya pada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sekolah dan teman sejenisnya.
c) Fase Pubertas (12-18 Tahun)
Pada fase ini dorongan mulai
muncul kembali dan apabila dorongan-dorongan ini dapat ditransfer dan
disublimasikan dengan baik maka anak akan sampai pada masa kematangan
terakhir, yaitu fase genital.
d) Fase Genital (18-20 Tahun)
Pada fase ini dorongan yang
pada masa laten boleh dikatakan sedang tidur kini berkobar kembali.
Maria
Montessori
Menurut Maria, pembagian fase –fase perkembangan anak
mempunyai arti biologis, sebab perkembangan itu adalah melaksanakan kodrat
dengan asas pokok (kebutuhan vital/masa peka), dan asas kesibukan sendiri. Fase
– fase perkembangan itu terdiri dari:
a. Usia 0 - 7 tahun, masa penerimaan dan pengaturan rangsangan dari dunia luar melalui
alat indra.
b. Usia 7 - 12 tahun, masa
abstrak, dimana anak mulai memperhatikan masalah kesusilaan, mulai berfungsi
perasaan etisnya yang bersumber dari kata hatinya. Dia mulai tahu akan
kebutuhan orang lain.
c. Usia 12 - 18 tahun, masa
penemuan diri serta kepuasan terhadap masalah-masalah sosial.
d. Usia 18 keatas , masa pendidikan diperguruan tinggi, masa untuk melatih
anak (mahasiswa) akan realitas kepentingan dunia. Ia harus mampu berpikir
secara jernih, jauh dari perbuatan tercela.
Elizabeth B.
Hurlock
Pakar ini membagi perkembangan individu berdasarkan konsep
biologis atas lima fase, yaitu:
- Fase prenatal (sebelum
lahir), mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, lebih kurang 280
hari.
- Fase infancy (orok),
mulai lahir sampai usia 14 hari.
- Fase babyhood (bayi),
mulai usia 2 minggu sampai sekitar usia 2 tahun.
- Fase childhood (kanak-kanak),
mulai usia 2 tahun sampai usia pubertas.
- Fase adolescence (remaja),
mulai usia 11 dan 13 tahun sampai usia 21 tahun, yang dibagi atas tiga
masa, yaitu:
1)
Fase pre adolescence, mulai
usia 11 – 13 tahun untuk wanita, dan usia-usia sekitar setahun kemudian bagi
pria.
2)
Fase early
adolescence, mulai usia 13 – 14 tahun sampai 16 – 17
3)
Fase late
adolescence, masa-masa akhir dari perkembangan seseorang atau masa ketika
seseorang menempuh perguruan tinggi.
2. Berdasarkan konsep didaktif
Dasar yang digunakan dalam
menentukan pembagian fase - fase perkembangan adalah materi dan cara bagaimana
mendidik anak pada masa - masa tertentu. Fase perkembangan secara
didaktif menurut Johann Amos Cornenius adalah sebagai berikut:
a.
0-6 tahun disebut
sekolah ibu, merupakan masa pengembangan alat-alat indera dan memperoleh
pengatahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan keluarga.
b.
6-12 tahun disebut
sekolah bahasa ibu, merupakan masa anak mengembangkan daya ingatnya di bawah
pendidikan sekolah rendah. Pada masa ini mulai diajarkan bahasa ibu.
c.
12-18 tahun disebut
sekolah bahasa Latin, merupakan masa mengembangkan daya pikir di bawah
pendidikan sekolah menengah (gymnasium). Pada masa ini diajarkan bahasa Latin
sebagai bahasa asing.
d.
18-24 tahun disebut
masa sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa mengembangkan kemauannya
dan memilih suatu lapangan hidup yang berlangsung di bawah perguruan tinggi.
3. Periodesasi perkembangan berdasarkan
ciri psikologis
Periodisasi ini didasarkan atas
ciri-ciri kejiwaan yang menonjol yang menandai masa dalam periode tersebut.
periodesasi ini dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:
Oswald
Krock
Ciri yang digunakan adalah yang dipandang terdapat pada
anak-anak umumnya adalah pengalaman keguncangan jiwa yang dimanifestasikan
dalam bentuk sifat trotz atau sifat keras kepala. Fase ini terdiri atas:
§ Fase anak awal (0-3 tahun), pada akhir fase ini terjadi
trotz yang pertama, ditandai dengan anak serba membantah atau menentang orang
lain. Hal ini disebabkan mulai timbulnya kesadaran akan kemampuannya untuk
berkemauan sehingga menguji kemampuannya itu.
§ Fase keserasian sekolah (3-13 tahun), pada akhir masa
ini timbul trotz yang ke dua, di mana anak mulai serba membantah lagi,
suka menentang orang lain terutama orang tua. Gejala ini sebenarnya merupakan
gejala yang biasa, sebagai akibat kesadaran fisiknya, sifat berfikir yang
dirasa lebih maju daripada orang lain, keyakinan yang dianggap benar dan
sebagainya namun dianggap sebagai keguncangan.
§ Fase kematangan (13-21 tahun) yaitu mulai setelah
berakhirnya gejala trotz kedua, anak mulai menyadari kekurang-kekurangan dan
kelebihan-kelebihan dirinya, yang dihadapi dengan sikap yang sewajarnya, ia
mulai dapat menghargai pendapat orang lain, dapat memberikan toleransi terhadap
keyakinan orang lain, karena menyadari bahwa orang lain mempunyai hak yang
sama. Masa inilah yang merupakan masa bangkitnya atau terbentuknya kepribadian
menuju kemantapan.
Kohnstamm
Ciri yang dilihat
adalah dari sisi pendidikan dan tujuan luhur umat manusia, terbagi menjadi lima
fase yaitu:
§ Periode vital, umur 0 – 1, 5 tahun, disebut juga fase
menyusu.
§ Periode estetis, umur 1,5 – 7 tahun, disebut juga fase
pencoba dan fase bermain.
§ Periode intelektuil, umur 7 – 14 tahun, disebut juga masa
sekolah.
§ Periode sosial, umur 14 – 21 tahun, disebut juga masa
remaja.
§ Periode matang, umur 21 ke atas, disebut juga masa dewasa.
4. Periodesasi perkembangan
berdasarkan konsep tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah berbagai ciri perkembanagn yang
diharapkan timbul dan dimiliki setiap anak pada setiap masa dalam periode
perkembangannya. Periodesasi seperti ini diungkapkan oleh Robert J. Havighurst,
yaitu:
§ Masa bayi dan anak-anak (infacy and early childhood), umur 0
– 6 tahun.
§ Masa sekolah atau pertengahan (middle childhood), umur 6 –
12 tahun.
§ Masa remaja (adolescence), umur 12 – 18 tahun.
§ Masa awal dewasa (early adulthood), umur 18 – 30 tahun.
§ Masa dewasa pertengahan (middle age), umur 30 -50 tahun.
§ Masa tua (latter maturity), umur 50 tahun ke atas.
5. Periodesasi perkembangan
menurut konsep Islam
Periodesasi perkembangan berdasar ayat dan hadist secara
garis besarnya terdiri atas tiga, yaitu:
a.
Periodesasi
prakonsepsi, yaitu masa perkembangan manusia sebelum masa pembuahan sperma dan
ovum. Meskipun pada masa ini wujud manusia belum terbentuk, tetapi hal ini
terkait dengan bibit manusia yang akan mempengaruhi generasi yang akan
dilahirkan kelak.
b.
Periodesasi
pranatal, yaitu periode perkembangan manusia yang dimulai dari pembuahan sperma
dan ovum sampai masa kelahiran. Periode ini dibagi menjadi empat fase:
- Fase
nuthfah (zigot), dimulai sejak pembuahan sampai 40 hari dalam kandungan.
- Fase ‘alaqah
(embrio) selama 40 hari.
- Fase
mudhghah (janin) selama 40 hari.
- Fase
peniupan ruh ke dalam jazad janin dalam kandungan setelah genap berusia 4
bulan.
c. Periodesasi
kelahiran sampai meninggal dunia
Fase ini terdiri atas beberapa fase,yaitu:
·
Fase neo-natus,mulai
dari kelahiran sampai kira-kira minggu keempat.
·
Fase
al-thilf(kanak-kanak),mulai dari usia 1 bulan sampai usia sekitar 7 tahun.
·
Fase tamyiz,yaitu
fase dimana anak mulai mampu membedakan yang baik dan yang buruk,yang benar dan
yang salah.Fase ini dimulai sekitar usia 7 -12 atau 13 tahun.
·
Fase baligh,fase
dimana anak telah mencapai usia muda ,yang ditandai
dengan mimpi bagi laki-laki dan haid bagi perempuan.
·
Fase kearifan dan
kebajikan,yaitu dimana seseorang telah memiliki tingkat kesadaran dan
kecerdasan emosional,moral,spiritual dan agama secara mendalam.
·
Fase kematian,yaitu
fase dimana nyawa telah hilang dari jasad manusia.Hilangnya nyawa menunjukkan
pisahnya ruh dan jasad manusia yang merupakan akhir dari kehidupan
dunia.Fase kematian ini diawali dengan adanya naza’ yaitu awal pencabutan nyawa
oleh malaikat izrail.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Perkembangan tiap individu berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya:
1.
Faktor dari dalam diri individu
§ Bakat dan pembawaaan
Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. apabila
bakat dan pembawaan itu dibina dengan baik maka akan mudah mencapai
kecakapan-kecakapan yang berhubungan dengan bakat dan pembawaannya. Dengan
demikian bakat dan pembawaan mempengaruhi perkembangan individu.
§ Sifat-sifat keturunan
Sifat yang diturunkan dari orang tua atau nenek moyang dapat
berupa fisik dan mental. Sifat ini tentu saja mempengaruhi perkembangan
individu, namun dengan pendidikan dan lingkungan yang bagus, maka sifat-sifat
jelek yang diturunkan dapat dihambat dan sifat-sifat yang baik dapat
dikembangkan.
§ Dorongan dan insting.
Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia
melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedangkan insting atau naluri
adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membisikkan kepada
manusia bagaimana cara-cara melaksankan dorongan batin.
Jenis-jenis tingkah laku manusia yang tergolong instink,
antara lain:
a.
Melarikan diri
(flight) karena perasaan takut (fear)
b.
Menolak
(repulsion), karena jijik (disgis)
c.
Ingin tahu
(curiosity) karena menakjubkan sesuatu (wonder)
d.
Melawan (pugnacity)
karena kemarahan (anger)
e.
Merendahkan diri
(self abasement) karena perasaan mengabdi (subjection)
f.
Menjolkan diri
(self assertion) karena hanya harga diri atau manja (elation)
g.
Orang tua
(parental) karena perasaan halus budi (tender)
h.
Berkelamin
(sexcual) karena keinginan mengadakan reproduksi
i.
Berkumpul
(acquisition) karena keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang baru
j.
Mencapai sesuatu
(question) karena ingin bergaul / bermasyarakat
k.
Membangun sesuatu
(contrction) karena mendapatkan kemajuan
l.
Menarik perhatian
orang lain (appeal) karena ingin memperhatikan orang lain.
Tiap anak dilahirkan dengan dorongan-instink yang dikandung
di dalam jiwanya. Ada dorongan yang selama perkembangan berlangsung atau selama
perkembangan hidup manusia aktif terus mempengaruhi hidup kejiwaan, seperti
dorongan mempertahankan diri, seksuil, dan dorongan sosial.
2.
Faktor – factor yang berasal dari luar diri individu
Faktor-faktor dari luar diri individu telah disebutkan dalam
aliran empirisme/lingkungan yang mengemukakan bahwa anak yang baru
lahir laksana kertas yang putih bersih atau semacam tabula rasa, yaitu meja yang
bertutup lapisan lilin putih.
Kertas putih bersih dapat ditulis dengan tinta warna apapun,
dan warna tulisannya akan sama dengan warna tinta tersebut. Anak diumpamakan
sebagai kertas putih bersih, dan warna tinta adalah lingkungan (pendidikan)
yang akan mempengaruhinya. Oleh karena itu sudah pasti pendidikan juga
mempengaruhi anak menjadi baik atau buruk.
Menurut aliran ini perkembangan anak sepenuhnya tergantung
pada faktor lingkungan, tidak ada pengaruh dari bakat. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dari luar diri individu antara
lain:
Makanan
Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu. Hal ini terutama pada tahun - tahun pertama dari
kehidupan anak, makanan merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan
yang normal dari setiap individu. Oleh sebab itu dalam rangka perkembangan dan
pertumbuha anak agar menjadi sehat dan kuat, perlu memperhatikan makanan, tidak
saja dari segi kualitas dan mutu makanan itu sendiri.
Tetapi ditinjau dari segi agama (islam). Makanan yang
mengandung gizi saja, belum cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,
melainkan harus disempurnakan dengan tingkat kebutuhan dan kebersihan sari
makanan itu sendiri, sebagaimana firman Allah
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS. Al – Maidah: 88)
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS. Al – Maidah: 88)
Menurut seorang ulama kotemporer,
Syeq Taqi Falsafi, dalam bukunya “Child Between Heredity and Education” yaitu:
pengaruh dari campuran (senyawa) kimiawi yang dikandung oleh makanan terhadap
aktifitas jiwa dan pikiran manusia belum diketahui secara sempurna, karena
belum diadakan eksperimen secara memadai. Namun, tidak dapat diragukan bahwa
perasaan manusia dipengarui oleh kualitas dan kuantitas makanan. Selain itu
juga ada ulama yang berpendapat bahwa tingkat kehalalan makanan dapat
mempengaruhi jiwa manusia, misalnya seorang anak yang diberi makanan yang tidak
halal juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan individunya semisal suka
mengeluarkan kata-kata yang kurang baik.
Iklim
Iklim / keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Sifat iklim yang terdapat pada daerah-daerah tertentu dapat mempengaruhi
individual kejiawaan. Hal ini bias ditinjau dari bedar kecilnya tubuh anak,
kesehatan dan kematangan usianya banyak dipengarui oleh banyaknya udara yang
segar danbersih, serta sinar matahari yang diperolehnya. Kenyatan ini dapat
kita bandingkan dengan kondisi daerah yang berada dikota dengan yang didesa.
Secara umum anak yang dari desa akan lebih lama dalam pertumbuhan kedewasaanya
dibanding dengan anak yang pertumbuhanya dikota yang lebih cepat tumbuh
kedewasaanya.
Kebudayaan
Latar belakang budaya suatu bangsa sedikit banyak juga
mempengaruhi perkembangan manusia. Latar belakang budaya masyarakat desa yang
masih alami, berbeda dengan masyarakat kota yang sudah banyak terkontaminasi
oleh budaya asing, maka sifat dan perilakunya juga akan berbeda.
Ekonomi
Orangtua yang ekonominya lemah, karena kurangnya biaya hidup
maka biasanya akan sulit memenuhi kebutuhan anak ataupun kurang memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan anaknya, sehingga dapat menghambat pertumbuhan
jasmani dan perkembangan jiwanya.
Bahkan tidak jarang faktor ekonomi dapat mengakibatkan
tekanan jiwa dan tidak jarang dapat menimbulkan konflik dalam keluarga, yang
menimbulkan rasa rendah diri pada anak.
Kedudukan Anak
dalam Lingkungan Keluarga
Anak tunggal akan memiliki sifat yang berbeda dengan anak
yang memiliki banyak saudara, (biasanya manja, kurang bisa bergaul dengan teman
sebaya, dan lain-lain) karena kasih sayang orangtua hanya tercurah kepadanya.
Berbeda dengan anak yang banyak saudara, karena kasih sayang orangtua akan
dibagi kepada semua anaknya.
3.
Faktor – factor umum
Faktor ini dapat digolongkan kedalam unsur golongan diatas.
Dengan kata lain, jika faktor yan mempengaruhi perkembangan itu merupakan
campuran dari kedua unsur tersebut maka dikatakan sebagai faktor umum. Diantara
faktor umum yang dipengaruhi perkembangan individu adalah
Inteligensi (kecerdasan)
Pada umumnya inteligen ini dapat dilihat dari kesanggupannya
bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang berubah, dengan keadaan
di luar dirinya yang biasa maupun yang baru. Jadi perbuatan cerdas dicirikan
dengan adanya kesanggupan bereaksi terhadap situasi dengan kelakuan baru yang
sesuai dengan keadaan baru. Intelgensi merupakan salah satu faktor umum yang
mempengaruhi perkembangan anak. Tingkat intelegensi yang tinggi erat kaitanya
dengan kcepatan perkembangan. Sedangkan tingkat intelegensi yang rendah erat
kaitanya dengan kelambatan perkembangan.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga memegang peran penting dalam perkembangan
anak. Dalam hal misalnya antara anak perempuan dengan laki-laki. Secara umum
anak laki-laki lebih lamban kedewasaanya dibanding anak perempuan yang lebih
cepat dalam mencapai tahab kedewasaan.
Kelenjar Gondok
Pada manusia, hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH)
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan seseorang. Seseorang yang kelebihan hormon
akan mengalami pertumbuhan yang luar biasa/gigantisme. Sebaliknya, jika
seseorang kekurangan hormon pertumbuhan maka dapat mengakibatkan kekerdilan.
Hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar gondok (kelenjar tiroid)
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Bila pada masa kanak-kanak
kekurangan hormon tiroksin mengakibatkan kretinisme. Kretinisme yaitu
pertumbuhan yang lambat dan mental yang terbelakang, sehingga perkembangannya
juga terhambat. Pada hewan tingkat tinggi (vertebrata) misalnya katak,
metamorfosis berudu menjadi katak dewasa dipengaruhi oleh hormon tiroksin yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid.
Kesehatan
Kesehatan juga merupakan salah satu faktor umum yang
mempengarui perkembangan individu. Mereka yang kesehatan mental dan fisiknya
baik dan sempurna akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang memadai. Sebaliknya
mereka yang mengalami gangguan kesehatan, baik secara mental maupun fisik,
perkembangan dan pertumbuhnya juga akan mengalami hambatan.
Ras
Ras juga turut mempengarui perkembangan seseorang. Misalnya
anak yang dilahirkan dari ras Mediterranean (sekitar laut tengah,
mengalami perkembangan visik lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dari
bangsa-bangsa Eropa Utara. Demikian pula anak-anak dari ras bangsa Indian,
ternyata lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak bangsa yang berkulit putih.
E.
GAMBARAN UMUM TENTANG ASPEK – ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Perkembangan peserta didik adalah mata kuliah yang
mempelajari aspek-aspek perkembangan individu yang berada pada tahap usia
sekolah dasar dan sekolah menengah. Mata kuliah ini memberikan pemahaman kepada
mahasiswa calon guru tentang perkembangan peserta didik, sehingga diharapkan
mampu memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa yang dihadapinya.
Secara umum perkembangan peserta didik dapat dikelompokkan
ke dalam tiga aspek perkembangan, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan
psikososial.
Perkembangan aspek
fisik
Perkembangan fisik atau yang disebut atau yang disebut juga
pertumbuhan biologis (biological growth) meliputi perubahan-perubahan dalam
tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi,
pertambahan tinggi dan berat, hormon, dll.), dan perubahan-perubahan dalam
cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan
keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan
fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).
Perkembangan aspek
kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan
peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yang semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya. Perkembangan kognitif ini meliputi perubahan pada aktivitas
mental yang berhubungan dengan persepsi, pemikiran, ingatan, keterampilan
berbahasa, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari memperhatikan,
mengamati, membayangkan, memperkirakan menilai dan memikirkan lingkungannya.
Perkembangan Aspek
Psikososial
Perkembangan psikososial adalah proses perubahan
kemampuan-kemampauan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial yang lebih luas. Dalam proses perkembangan ini peserta didik diharapkan
mengerti orang lain, yang berarti mampu menggambarkan ciri-cirinya, mengenali
apa yang dipikirkan dirasakan dan diinginkan serta dapat menempatkan diri pada
sudut pandang orang lain, tanpa kehilangan dirinya sendiri, meliputi perubahan
pada relasi individu dengan orang lain, perubahan pada emosi dan perubahan
kepribadian.
F. KARAKTERISTIK UMUM PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Secara umum, buku ini mengetengahkan kajian psikologi
perkembangan, yang secara khusus membahas perkembangan anak usia sekolah (SD)
dan remaja (SMP & SMA). Aspek-aspek perkembangan yang dibahas dalam buku
ini secara garis besarnya meliputi perkembangan fisik-motorik dan otak,
perkembangan kognitif, dan perkembangan sosioemosional. Masing-masing aspek
perkembangan dihubungkan dengan pendidikan, sehingga para guru diharapkan mampu
memberikan layanan pendidikan atau pertumbuhan strategi pembelajaran yang
relevan dengan karakteristik perkembangan tersebut.
Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar
adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian
tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa
perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak
akhir (10-12 tahun).
Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan
sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan
pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau
bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolah
dasar meliputi:
a.
Menguasai
keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.
b.
Membina hidup
sehat.
c.
Belajar bergaul dan
bekerja dalam kelompok.
d.
Belajar menjalankan
peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
e.
Belajar membaca,
menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
f.
Memperoleh sejumlah
konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
g.
Mengembangkan kata
hati, moral dan nilai-nilai.
h.
Mencapai kemandirian
pribadi.
Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut,
guna dituntut untuk memberikan bantuan berupa:
a.
Menciptakan
lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.
b.
Melaksanakan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan
bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian sosialnya berkembang.
c.
Mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung
dalam membangun konsep.
d.
Melaksanakan
pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai, sehingga siswa mampu
menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.
Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah (SMP)
Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh
banyaknya ahli, anak usia sekolah menengah (SMP). Dilihat dari tahapan
perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia sekolah menengah (SMP)
berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah
karakterisitik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:
a.
Terjadinya ketidakseimbangan
proporsi tinggi dan berat badan.
b.
Mulai timbulnya
ciri-ciri seks sekunder.
c.
Kecenderungan
ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta
keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari
orangtua.
d.
Senang
membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang
terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
e.
Mulai
mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan Tuhan.
f.
Reaksi dan ekspresi
emosi masih labil.
g.
Mulai mengembangkan
standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia
sosial.
h.
Kecenderungan minat
dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.
Adanya karakteristik anak usia sekolah menengah yang
demikian, maka guru diharapkan untuk:
a.
Menerapkan model
pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik-topik
yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi.
b.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui
kegiatan-kegiatan yang positif.
c.
Menerapkan
pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok
kecil.
d.
Meningkatkan kerja
sama dengan orangtua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa.
e.
Tampil menjadi
teladan yang baik bagi siswa.
f.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.
Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara
masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering
dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai
dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:
a.
Mencapai hubungan
yang matang dengan teman sebaya
b.
Dapat menerima dan
belajar sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
c.
Menerima keadaan
fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.
d.
Mencapai
kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
e.
Memilih dan
mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
f.
Mengembangkan sikap
positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.
g.
Mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga
negara.
h.
Mencapai tingkah
laku yang bertanggung jawab secara sosial.
i.
Memperoleh
seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku
j.
Mengembangkan
wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut,
menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini
dapat dilakukan guru, di antaranya:
a.
Memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan
seksual dan penyalahagunaan narkotika.
b.
Membantu siswa
mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau kondisi dirinya.
c.
Menyediakan fasilitas
yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan
bakatnya, seperti sarana olah raga, kesenian, dan sebagainya.
d.
Memberikan
pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil
keputusan.
e.
Melatih siswa
mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh
godaan.
f.
Menerapkan model
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan
positif.
g.
Membantu siswa
mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta.
h.
Memupuk semangat
keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih toleran.
i.
Menjalin hubungan
yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendengarkan segala keluhan dan
problem yang dihadapinya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah ini
dapat disimpulkan, bahwa pengertian perkembangan adalah perubahan yang bersifat
kualitatif dan dialami setiap individu secara terus menerus dan bertahap
sepanjang hidup manusia. Sedangkan pengertian pertumbuhan adalah perubahan yang
bersifat fisik dan dapat diukur secara kuantitatif (jumlah) pada diri individu.
Ciri-ciri khas remaja yang sedang berkembang adalah
mengalami perubahan fisik (pertumbuhan)paling pesat, mempunyai energy yang
berlimpah secara fisik dan psikis, yang mendorong mereka untuk berprestasi dan
berkreativitas, mengarahkan perhatian kepada teman sebaya dan secara
berangsur-angsur melepaskan diri dari keterkaitan dengan keluarga, memiliki
keterkaitan yang kuat dengan lawan jenis, suatu periode yang idealis, menunjukkan
kemandirian, berada dalam periode transisi antara kehidupan masa kanak-kanak
dan kehidupan orang dewasa.
Kondisi atau prinsip-prinsip perkembangan remaja selama
perkembangan berlangsung, antara lain terdiri dari: kematangan, kesatuan
organisasi, tempo dan irama perkembangan, kesamaan pola dan Kontinuitas.
B.
SARAN
Dari pembahasan hasil makalah
ini, kami menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar dari semua
pihak dapat memberikan kritik dan saran untuk melengkapi kekurangan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Desmita,
(2009), Psikologi Perkembangan
Peserta Didik . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ø Jurnal perkembangan
peserta didik
Ø jurnal isi
perkembangan peserta didik
Komentar
Posting Komentar