MAKALAH MAZHAB HISTORIS
MAKALAH
MAZHAB HISTORIS
Dosen pengampu : Aulia Dawam,
S.E, M.A

Disusun Oleh : Kelompok 6 Ekonomi
III A
Ø
Halimatus Sakdiyah
Ø
Homsiah
Ø
Hendri Kamaruddin
Ø
Husnul Mubarok
Ø
Alianto
Ø
Aisyah
Ø
Karlina
STKIP PGRI BANGKALAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur kami ucapkan
atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami telah
berhasil menyelesaikan makalah ini, yang merupakan salah satu tugas dalam mata
kuliah “SEJARAH
PEMIKIRAN EKONOMI”. Kami menyadari bahwa
dalam menyelesaikan makalah yang berjudul“MAHZAB HISTORIS” ini tidak
lepas dari kesalahandan kekurangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kami mengharapkankritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca guna kesempurnaanmakalah ini. Atas
selesainya penyusunan tugas ini, kami sampaikan rasa terima kasih yang
setulus- tulusnya kepada Bapak Aulia Dawam, S.E, M.A selaku Dosen pengampu yang
telah memberikan bantuan atau dorongan, baik
moril maupun materil.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkannya. Terimakasih
Wassalamualaikum
Wr.Wb
Bangkalan,
November 2017
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Mazhab historis mengkaji pertumbuhan ekonomi dari sisi
sejarahnya, sehingga teori-teori ini disebut pula Teori Tahap-tahap
Pertumbuhan Ekonomi. Teori ini berasal dari Jerman pada abad XIX sebagai
reaksi terhadap “sistem persaingan bebas” (laissez faire) yang lahir dan
berkembang di Inggris.
Dengan berhasilnya tokoh-tokoh neo-klasik dalam mementahkan
serangan pemikiran-pemikiran sosialis/marxis, maka bendera sistem
liberal/kapitalisme kembali berkibar. Walaupun sistem pakar-pakar neo-klasik
berhasil mementahkan serangan kaum sosialis, tidak berarti sistem ini dianut
semua negara-negara di daratan Eropa. Pada waktu yang bersamaan, di Jerman
perkembangan suatu aliran pemikiran ekonomi yang disebut Aliran Sejarah (historism).
Pola pemikiran aliran sejarah didasarkan pada prespektif
sejarah. Kerangka dasar teoritisnya berikut pola pendekatan yang digunakan oleh
aliran sejarah dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi sangat berbeda dan
terpisah dari aliran utama (mainstream)
yang berawal dari kaum klasik. Adapun nama aliran sejarah diinspirasikan oleh
keberhasilan metode sejarah dalam bidang-bidang hukum dan bahasa. Oleh segolongan
pakar-pakar Jerman sendiri, ada yang menamakan alian sejarah sebagai aliran
“etis”, untuk menunjukan ketidaksenangan mereka pada paham hidonisme klasik.
- Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Pertentangan Pendapat Mengenai Metode Uang Yang Digunakan ?
2.
Apa saja yang
terdapat pada Teori-teori Tahap ?
3.
Apa saja Teori-teori
Mengenai Uang ?
4.
Apa Kaum Sosialis
Katheder itu ?
5.
Bagaimana
Penyelidikan Statistic dan Teori Konyungtur ?
6.
Bagaimana Pandangan
Mengenai Teori Spiethoof ?
7.
Apa itu Kaum
Institusional ?
- Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui
bagaimana Pertentangan Pendapat Mengenai Metode Yang Di Gunakan
2.
Untuk mengetahui apa
saja Teori-teori Tahap itu
3.
Untuk mengetahui apa
saja Teori-teori Mengenai Uang itu
4.
Untuk mengetahui apa
itu Kaum Sosialis Katheder
5.
Untuk mengetahui
bagaimana Penyelidikan Statistik dan Teori Konyungtur
6.
Untuk mengetahui
bagaimana Pandangan Mengenai Teori Spiethoof
7.
Untuk mengetahui apa
itu Kaum Institusional
BAB II
PEMBAHASAN
- PERTENTANGAN PENDAPAT MENGENAI METODE YANG DIGUNAKAN
Dapat dikatakan bahwa mashab Historis
tak pernah mencapai perumusan yang cukup jelas mengenai
doktrin-doktrinnya. Ada sesuatu hal yang dapat dinyatakan dengan tegas mengenai
aliran ini yakni : bahwa aliran tersebut merupakan suatu reaksi terhadap
teori-teori klasik.
Anggota-anggota mashab Historis mengkritik para ahli teori klasik karena
sempitya pendekatan (approach) mereka, terhadap kehidupan ekonomi yang
didasarkan atas suatu psikologi hedonistik yag kasar, dan terutama terhadap
pernyataan kaum klasik bahwa pendekatan tersebut menyebabkan timbulnya
hokum-hukum yang kaku. metode yang digunakan para ahli ekonomi klasik bersifat
deduktif. Dengan jalan memberikan uraian-uraian berdasarkan jumlah premis yang
terbatas jumlahnya, dianggap mereka bahwa kesimpulan-kesimpulan logis yang
ditarik berdasarkannya mempunyai validitas penuh.
Suatu metode merupakan jalan ke arah ilmu pengetahuan. Kaum klasik
menggunakan sebagai premis, uraian-uraian yang dikemukakan mereka berdasarkan
motif dasar manusia, berupa kepentingan
diri sendiri, akan tetapi dalam bentuknya yang sempit. Semua ahli-ahli
ekonomi kaum klasik secara eksplisit, menerima filsafat utilitarian dan metode
yang digunakan mereka didasarkan atasnya. Dapat pula ditambahkan bahwa metode
deduktif pada analisis ilmiah berpangkal pada suatu pendapat tertentu, (missal
dalam ilmu ekonomi, berdasarkan dalil bahwa : “subyek ekonomi berusaha mencapai
tujuan tertentu, dengan pengorbanan seminimal-minimalnya”); hingga perubahan
yang dikemukakan merupakan suatu penguraian - yakni suatu tindaka deduksi-
dengan cara yang logis, yang didasarkan atas dalil dasar tersebut. Deduksi
tersebut didasarkan atas asa identitas,
yakni berdasarkan anggapan, bahwa apabila dua hal sama dengan hal ketiga, maka
ketiga hal masing-masing harus sama satu sama lain (artiya bila A=B dan B=C
maka A=C). Hal tersebut dengan demikian merupakan suatu pengaturan logis dari
tiga pendapat yang juga dinamakan silogisme.
Akan tetapi menurut mashab Historis, pengalaman sejarah menunjukkan
bukti-bukti adanya diversitas besar motif-motif manusia, tradisi dan
bentuk-bentuk organisasi ekonomi, hingga dengan demikian hal itu bertentangan
dengan argument para ahli ekonomi klasik bahwa terdapat adanya hukum alamiah kehidupan ekonomi.
Mashab Historis berpendapat bahwa metode klasik adalah “Mekanis”. Rencana
mashab Historis mengharuskan adanya suatu metode induktif, menurut metode mana
sebab-sebab individual setiap fenomi pertama-tama diselidiki, agar dengan
demikian dapat dicapai data, untuk mengadakan generalisasi, apabila hal
tersebut dapat dilakukan.
Pada metode induktif orang
berpangkal pada fakta-fakta tertentu, dan berdasarkannya diusahakan untuk mencapai
hukum-hukum umum. Secara diam-diam orang menganggap disini bahwa pada gejala
yang khusus terdapat hal umum. Tetapi janganlah dilupakan bahwa kebenaran
anggapan tersebut perlu diuji berdasarkan penyelidikan berulang-ulang.
John Stuart Mill dalam bukunya : “System
Of Logic” menunjukkan bahwa walaupun untuk ilmu pengetahuan ideal (yaitu
ilmu pengetahuan yang khusus dikontruksi dalam alam pikiran manusia). Metode
deduktif adalah satu-satunya metode yang paling tepat, maka ilmu-ilmu
pengetahuan yang mempunyai hubungan tertentu dengan kenyataan, sekalipun
mempergunakan metode deduktif, tidak dapat bekerja tanpa menggunakan metode
induktif. Pada abad ke 19 timbul pertentangan-pertentangan tangan mengenai
apakah dalam ilmu pengetahuan social umumnya, dan dalam ilmu pengetahuan
ekonomi khususnya, akan digunakan metode deduktif atau metode induktif.
Di Jerman pertentangan metode (methodenstrijd) mencapai puncaknya pada
diskusi yang dilakukan antara Karl Menger dan Gustav Schmoller. Sebenarnya
setiap ilmu pengetahuan terus menerus memperbaiki, tetapi metode itu tidak
dijadikan obyek penelitiannya, melainkan ilmu pengetahuan senantiasa berusaha
untuk mencapai hasil-hasil baru.
Perbedaan antara metode induksi dan deduksi dapat dikemukan secara
skematis.

Pengertian idealisering :
Mengidealisir berarti
membawa sesuatu gejala ke tingkat kesempurnaan tertinggi. Hal tersebut
dilakukan guna menujukkan suatu gejala dalam bentuk yang paling murni. Sesuatu
yang sempurna adalah sederhana, hingga dengan demikian lebih mudah di pahami.
Mengidealisir sesuatu
juga merupakan suatu alat pembantu, guna lebih memahami gejala tertentu. Hal
tersebut dinamakan pula tindakan “menstilir”.
Dalam rangka mencari
hukum-hukum ekonomi, ilmu ekonomi menggunakan macam-macam tipe ideal.
Tipe ideal yang banyak
digunakan anatara lain :
- Manusia yang bertindak menurut asas rasionalitas obyektif;
- Manusia sebagai Homo Economicus;
- Teori-teori tahap (Stufentheorin).
Para
penganut mashab Historis berupaya untuk menyusun berbagai skema,guna mencakup
perkembangan ekonomi dari abad ke abad. Teori-teori demikian dikenal orang
sebagai Stufentheorin. Berikut ini dikemukakan beberapa diantara teori-teori
tahap yang terpenting.
- TEORI-TEORI TAHAP (STUFENTHEORIEN)
a.
friedrich List
membedakan fase-fase sebagai berikut :
Friedrich List
sebenarnya adalah seorang penganut paham Laissez faire yang berpendapat
bahwa sistem atau paham ini dapat menjamin alokasi sumber daya yang optimal. Dengan kata-kata lain
perkembangan ekonomi hanya terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan
dalam organisasi politik dan kebebasan perorangan.
Tetapi ia menghendaki adanya
proteksi pemerintah bagi industri-industri yang masih lemah. Suatu hal yang
dapat dimengerti karena dia menghendaki berkembangnya industri di Jerman yang
pada waktu itu masih jauh tertinggal dibandingkan dengan di Inggris.Dengan
demikian menurut Friedrich List perkembangan ekonomi yang sebenarnya tergantung
kepada peranan pemerintah, organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan.
Friedrich
List meneliti tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari segi perkembangan teknik
produksi atau perilaku masyarakat dalam berproduksi. Tahap-tahap tersebut
adalah :
I.
Fase dimana terdapat adanya
pengembala
Ini adalah bentuk kegiatan manusia yang
paling awal (primitif) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(berproduksi).Produk yang dibutuhkan oleh masyarakat pada tahap ini adalah
bahan makanan, yang jelas merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi
suatu kehidupan. Bahan pangan ini dapat dibagi dua, yaitu: (i) yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan dan (ii) yang berasal dari hewan. Pangan nabati pada tahap
ini dapat diambil begitu saja dari alam tanpa perlu bersusah payah menanam dan
apalagi memprosesnya. Sementara pangan hewani diperoleh dengan cara berburu.
Bila bahan pangan di suatu daerah habis, maka mereka akan mencari yang lain di
tempat yang lain pula dengan membawa serta hewan yang masih mereka miliki atau
belum habis dimakan. Dengan demikian mereka mempunyai pola hidup mengembara
dan dengan tingkat ketergantungan yang sangat tinggi kepada alam.
II.
Fase dimana terdapat
adanya petani-petani
Seiring dengan berjalannya waktu
jumlah penduduk kian meningkat dan oleh karena itu kebutuhannya, khususnya
kebutuhan akan bahan pangan juga meningkat, sehingga diperlukan jumlah bahan
pangan yang semakin banyak pula. Dengan demikian jumlah bahan pangan di suatu
lokasi menjadi semakin cepat habis, dibandingkan dengan periode sebelumnya.Hal
ini berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangannya masyarakat tersebut
memerlukan route pengembaraan yang semakin jauh dan dengan frekuensi
yang semakin besar. Hal ini sudah jelas memerlukan tenaga dan energi yang
semakin besar pula, sementara daya tahan tubuh masyarakat pada waktu itu belum
berkembang dengan memadai terutama karena pengetahuan tentang kesehatan dapat
dikatakan sama sekali tidak ada. Oleh karena itu pola hidup mengembara
menemukan titik jenuhnya dan masyarakat tradisional tersebut terdorong untuk
memikirkan cara produksi alternatif. Maka lama-kelamaan mulai dikenal kehidupan
bercocok tanam (bertani) tradisional.Oleh karena pertanian dalam arti luas meliputi pula usaha peternakan, maka
tahap ketiga ini disebut pertanian.
III.
Fase dimana terdapat
adanya pertanian dan industri secara berdampingan.
Di sektor
pertanian ini terdapat, apa yang disebut dengan pengangguran musiman (seasonalunemployment)
. Seperti
diketahui beberapa kegiatan pokok dalam suatu usaha tani antara lain adalah :
pembenihan, pembersihan lahan, pengelolaan lahan sampai siap untuk ditanami,
bertanam membersihkan rerumputan yang tumbuh di sekitar tanaman (menyiang),
memelihara/ mengatur pengairan, melindungi tanaman dari ancaman ternak/ hewan
lainnya seperti burung dan babi, panen dan kemudian pasca panen. Diantara
kegiatan-kegiatan tersebut terdapat waktu senggang yang kadang-kadang relatif
panjang, misalnya periode antara sesudah bertanam atau menyiang sampai
datangnya musim panen. Disamping itu di beberapa daerah atau belahan bumi
seperti di Eropa, Jepang dan Cina bagian utara, karena kondisi cuaca dan iklim,
maka kegiatan pertanian yang normal hanya dapat dilakukan beberapa bulan saja
dalam setahun. Maka dapat dipahami bahwa waktu senggang ini dimanfaatkan oleh
penduduk untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan lain dan yang terpenting
diantaranya adalah membuat berbagai produk kerajinan tangan untuk keperluan
rumah tangga yang dilakukan di rumah-rumah. Dengan demikian, lama kelamaan
berkembanglah apa yang disebut dengan industri rumah tangga (home
industry). Produk-produk yang dihasilkan antara lain:
(a)
Barang anyaman
seperti tikar, kain, renda, topi dan jala,
(b) Barang keramik/
tembikar seperti periuk, piring, cawan, piring, panci, gelar dan tempayan,
(c) Berbagai barang ukiran/ hiasan,
(d) Peralatan
pertanian dan/atau transportasi seperti: kapak, cangkul, pisau, parang, pedang,
bajak, gerobak, bendi dan pedati.
Pada tahap-tahap awal dari
perkembangannya industri rumah tangga ini adalah bersifat sambilan, berskala
keci dan banyak menggunakan tenaga manusia.Sementara itu produksinya juga hanya
untuk keperluan lokal atau daerah di sekitar produk itu dibuat. Perkembangan
industri rumah tangga ini pada akhirnya juga mendorong kemajuan di sektor
pertanian yaitu melalui perbaikan teknik produksi, sehingga perekonomian
memasuki memasuki tahap kedua yang bercirikan: pertanian yang semakin
berkembang yang dilengkapi dengan industri manufaktur berskala kecil.
IV.
Fase dimana baik
pertanian, industry maupun perniagaan telah berkembang.
Dalam
jangka panjang, secara alamiah masyarakat ternyata belajar dari pengalamannya,
sehingga teknologi produksi, baik di sektor pertanian, maupun di sektor rumah
tangga, dari waktu ke waktu terus diperbaiki. Jumlah produk yang dihasilkan
semakin banyak, semakin beragam dan semakin canggih dan dengan cara yang semakin
efisien. Laju pertumbuhan teknologi ini semakin dipacu dengan dikenalkannya
sistem persaingan yang mendorong berkembangnya spesialisasi baik antar pekerja
maupun antar negara.Perkembangan spesialisasi memperbesar tingkat interpendensi
antar pekerja dan antar negara dan oleh karena itu mendorong pertumbuhan sektor
perdagangan.Sebaliknya sektor perdagangan kembali merangsang perkembangan
unit-unit produksi dan konsumsi yang ada di dalam masyarakat baik dalam sektor
pertanian maupun dalam sektor manufaktur.
( Teori tahap List
didasarkannya atas perkembangan yang dijumpainya di Amerika Serikat).
List dalam hal
mengemukakan teorinya bertujuan untuk menunjukkan bahwa Jerman sekitar tahun
1840 sebagian besar masih berada pada fase ke III.
Guna menandingi industry
Inggris yang sudah jauh lebih maju, maka pemrintah harus membantu industry
dalam negeri dengan jalan mengadakan bea impor tinggi yang dinamakan
Erziehungszolle. Argumen List ini, hingga kini terkenal dalam literature
ekonomi internasioanl sebagai “infant
industry argument”.
b.
Teori tahap Karl Bucher
Karl Bücher (16 February 1847 – 12 November 1930) adalah ekonom
Jerman yang menyusun teori tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam teorinya, ekonomi
berkembang dari kondisi sederhana yaitu dari Rumah tangga tertutup menjadi
rumah tangga dunia. Ekonomi berasal dari isttilah Yunani “oikos” yang berarti
rumah tangga, dan “nomos” yaitu aturan atau urusan.
Karl Bucher mengemukakan tahap-tahap sebagai berikut :
I.
Tahap rumah tangga
tertutup (die Stufe Der Geschlossene Hauswirtscaft”).
Adalah rumah
tangga dimana alat pemuas kebutuhan ekonomi didapatkan dari hanya rumah tangga
dan lingkungan disekitarnya. Interaksi ekonomi seperti penjualan barang dan
jasa juga sangat terbatas. Tahapan ini terjadi pada masa awal peradaban hingga
sekitar tahun 1000 M pada Abad Pertengahan.
II.
Tahap rumahtangga
kota (die Stufe der Stadt und Umlandwirtschaft”).
Adalah rumah tangga dimana
kegiatan ekonomi mulai berinteraksi dengan wilayah lebih lua. Rumah tangga
tertutup berinteraksi dengan rumah tangga lain. Tempat terjadinya Interaksi
adalah di pasar.
III.
Tahap rumahtangga Negara
Pada tahapan
ini rumah tangga di kota saling berinteraksi dan menyebabkan timbulnya rumah
tangga bangsa. Wilayah dari rumah tangga ini adalah satu negara, misalnya di
Indonesia.
IV.
Tahap rumahtangga
dunia (die Stufe der Volkswirtshaft).
Seiring dengan berkembangnya
globalisasi rumah tangga di negara-negara di dunia saling berinteraksi dan
menyebabkan timbulnya rumah tangga dunia. Kegiatan ekonomi terjadi dengan
proses ekspor dan impor antar negara.
Inti teori tahap yang
dikemukakan Bucher adalah sebagai berikut : Pada jaman dahulu di Jerman
terdapat tanah-tanah pertanian luas, yang dinamakan Frohnhof (Di Romawi kuno
terdapat apa yang dinamakan Latifundia). Frohnhof dimiliki oleh tuan-tuan tanah
kaya, gabungkan diri di dalamnya, yang pada dasarnya berarti bahwa mereka
tunduk terhadap kekuasaan tuan tanah tersebut. Tuan tanah menjamin keselamatan
para petani kecil itu terhadap serangan dari musuh dan sebagai kontraprestasi
dimintanya pajak dari mereka.
Pajak umumnya berbentuk
natura (yakni berbentuk misalnya gandum, ternak, anggur, dan sebagainya) dan
kadang-kadang pula berupa jasa-jasa tenaga kerja. Perkembangan selanjutnya
adalah bahkan lambat laun pembagian kerja makin meluas hingga akhirnya timbul
macam-macam spesialisasi, misalnya ( pada zaman itu di Eropa) ada pandai besi
yang menghususkan diri membuat alat-alat rumah tangga, ada pula yang
menghususkan diri dalam hal pembuatan senjata. Dengan bertambah majunya
pekerjaan tengan, makin berkembang pula perniagaan. Untuk kebutuhann perniagaan
dibutuhkan tanah lapangan yang cukup luas.
Lama kelamaan para
pedagang menetap sekitar lapangan tersebut (marktplein), tindakan mana akhirnya
juga diikuti oleh para pekerja tangan. Demikianlah gambaran mengenai
terbentuknya kota pada waktu itu produksi dilakukan berdasarkan pesanan (op
bestel ling). Demi menjamin mutu hasil pekerjaan didirikan oleh para pengusaha
kota macam-macam gilde.
Gilde adalah kumpulan
produsen dalam macam-macam bidang kerajinan tangan. Ada dua golongan dalam
gilde yakni para gilde meesters (ahli-ahli), dan para gezellen (para murid yang
melalui suatu meestersproef (bukti kecakapan) pada suatu waktu mengharap
mencapai gelar gildemeester. Peraturan gilde sangat ketat, hingga lambat laun
timbul pertentangan antara para meesters dan para gezel.
Lambat laun dengan
dihapuskannya gilde, produksi kini ditujukan untuk pasar, untuk pembeli yang
tidak dikenal. perniagaan makin meluas, hingga bukan saja meliputi perniagaan
antara daerah, melainkan juga perniagaan antara Negara-negara. Karl Bucher
mencoba menjelaskan bahwa Negara-negara akan berkembang kea rah rumah-rumah
tangga Nasioanl. Jadi tidak ada kecenderungan perkembangan kea rah rumahtangga
dunia.
c.
Teori tahap dari Hildebrand.
Hildebrand
membedakan tiga tahap sebagai berikut :
I.
Tahap Naturalwirtschaff
;
II.
Tahap Geldwirtschaft ;
III.
Tahap Kreditwirtschaft
;
Inti
teori tahap Hildebrand adalah sebagai berikut :
Semula
manusia primitive hidupnya sangat bersahaja. Apa yang dibutuhkannya
diusahakannya sendiri (jadi apa yang diproduksi, dikonsumsi sendiri). Lambat
lau hidup secara berdikari tersebut tidak dapat dipertahankan lagi, mengingat
makin bertambhanya dan makin meluasnya kebutuhan manusia, dan makin meluasnya
pembagian kerja. Timbullah hubungan tukar menukar secara barter, dimana B-B
(B=Benda) benda langsung ditukar dengan benda lain.
Disebabkan
oleh karena tukar menukar ini natura banyak menimbulkan kesulitan, maka
akhirnya diketemukan orang uang yang dapat digunakan sebagai medium pertukaran
hingga kini terlihat proses pertukaran sebagai berikut :
B
– U – B = Benda – Uang – Benda. Lambat laun penggunaan uang dedesak oleh system
pemberian kredit.
d. Teori tahap dari schmoller
Ia
membedakan lima tahap sebagai berikut :
I.
Tahap
rumah tangga tertutup (Geschlossene Hauswirtschaft)
II.
Tahap
rumah tangga kota (Stadtwirtschaft)
III.
Tahap
rumah tangga, dimana daerah yang satu mempunyai hubungan ekonomi satu sama lain
IV.
Tahap
rumah tangga negara (Volkswirtshaft)
V.
Tahap
rumah tangga dunia (Weltwirtschaft).
e. Teori tahap dari Eugen Von Phillopovich
Seperti halnya Karl
Bucher, dikemukakannya pula perbedaan
antara rumah tangga tertutup dan rumah tangga yang
mengenal hubungan tukar menukar .
Ia
membedakan :
I.
Rumah tangga yang terkait secara
lokal
II.
Rumah tangga yang terkait secara
nasional
III.
Rumah tangga dengan hubungan tukar
menukar bebas
Hal yang terkait meliputi seluruh rumah-rumah
tangga dunia.
f.
Teori
tahap dari Werner Sombart
I.
Tahap prerkapitalisme, (Vorkapitalismus)
Dalam
tahap ini kaum kapitalis maupun paham kapitalis belum dikenal masyarakat dalam
tahap ini bekerja hanya memenuhi kebutuhan hidup sendiri dengan dasar
kekeluargaan. Masyarakat umum bekerja pada sector pertaian yang kehidupanya
masih bersifat statis.
II.
Tahap kapitalisme yang mulai tumbuh (Fruhkapitalismus)
Dalam
tahap ini masyarakat sudah mulai bersifat dinamis, manusia pada tahap ini sudah
mulai mengenal uang serta mulai memupuk uang dan harta. Suasana yang sifatnya
kekeluargaan mulai memudar dan sifat individualis mulai memasuki masyarakat.
III.
Tahap kapitalisme yang sudah berkembang
(Hochkapitalismus)
Kehidupan
tahap ini mulai diarahkan untuk mencari keuntungan semaksimal mungkin. Sehingga
pada tahap ini kaum kapitalis atau kaum yang bermodal besar sudah mulai muncul,
akibat munculnya kaum kapitalis dalam
tahap ini muncul kaum buruh atau pekerja kaum kapitalis menguasai alat-alat
produksi dengan tujuan melakukan produksi secara besar-besaran.
IV.
Tahap kapitalisme akhir
(Spatkapitalismus).
Dalam
tahap ini muncul kaum sosialis bertujuan
mensejahterakan bersama. Munculnya kaum sosialis akibat adanya kesenjangan
kesejahteraan antara kaum kapitalis dengan kaum buruh. Dengan munculnya kaum
sosialis maka peran serta pemerintah dalam pengedalian perekonomian mutlak
dilakukan.
Inti
teori tahap Werner Sombart adalah sebagai berikut : pada tahap Vorkapitalismus
ini masyarakat menunjukkan sifat komuna listrik, masyarakat untuk bagian
terbesar terdiri dari para petani yang menghasilkan apa yang dibutuhkan . tukar
menukar masih bersifat barter. Di samping bertani, penduduk sebagian juga
mengerjakan industri perumahan.
Pada tahap friihkapitalismus, makin
lama makin timbul pertentangan antara sifat kekeluargaan dan induvidualisme.
Pembagian kerja yang makin meluas, menyebabkan bahwa orang-orang akhirnya
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kecakapan mereka
masing-masing. Para pekerja tangan tergabung dalam macam-macam gilde.
Perniagaan belum begitu berkembang, karena produksi masih di lakukan masih di
lakukan pesanan. (perhatikan persamaan
antara tahap ini dengan tahap stadtwirtschaft dari karl bucher).
Pada tahap ketiga (tahap
hochkapitalismus) di samping golongan pedangang, pekerja tangan, serta para
petani, timbul pula dua golongan baru yakni golongan pemilik modal yang
memiliki alat-alat produksi, dan golongan hanya memiliki tenaga kerja mereka
saja, yakni kaum buruh. Pada fase ini produksi di lakukan secara masal dengan
alat-alat produksi yang termodern. Motif laba (profit motive) meluas di dalam
lingkungan kaum bermodal. Perniagaan berkembang hingga akhirnya meliputi
perniagaan internasional. Pada tahap yang dinamakan sombart fase
spatkapitalismus, kepentingan pribadi harus mengalah terhadap kepentingan
masyarakat.
Produksi bukanlah di tujukan untuk
mengejar laba maksimal, melainkan untuk mencapai peningkatan kemakmuran bagi
seluruh lapisan masyarakat. Tukar menukar dikendalikan oleh negara. Dapatlah
yang di terka bahwa yang di maksud
dengan tahap terakhir ini yaitu tahap sosialisme.
Disamping stufentheorien
(tradisional) yang telah di uraikan, pada waktu belakangan ini terdapat pula
teori-teori yang juga secara tahap demi tahap mencoba menerangkan bagaimana
negara-negara mencapai perkembangan dan pembangunan ekonomi. Antaranya terdapat
:
g. Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari W.Rostow
Dalam
bukunya : “Stages of economic growth”
BAB II. Dimulainya dengan kata-kata sebagai berikut : “It is possible to
identify all societies, in their economic dimensions, as lying within one of
five categories :
I.
The traditional society
II.
The preconditions for take off
III.
The take off
IV.
The drive to maturity
V.
The age of high mass consumption
Keterangan
Rostow adalah sebagai berikut :
Pertama-tama terdapat masyarakat
tradisional, pada masyarakat demikian terdapat
batas terdapat tingkat output yang dapat dicapai per orang, karena di
sana potensi ilmu pengetahuan serta teknologi modern belum ada atau tidak
diterapkan secara teratur serta sistematik. Pada masyarakat demikian bagian
yang sangat besar dari sumber daya ekonomi di salurkan di bidang pertanian.
Hubungan-hubungan keluarga dan hubungan suku berpengaruh dalam organisassi
sosial.
Dalam masyarakat tradisional dapat
misalnya digolongkan dunia pre –newton; dinasti-dinasti di tiongkok ; eropa
pada abad pertengahan.
Tahap kedua, yaitu pertumbuhan
ekonomi meliputi masyarakat yang berada dalam periode transisi, yakni periode
dimana perkembangkan prasyarat bagi take
– of , pra syarat untuk take-off berkembang di Eropa Barat pada akhir abad ke 17 dan permulaan abad ke
18.
Di antara negara-negara eropa barat,
inggrislah yang karena letak geografik yang menguntungkan, sumber daya alamiah,
kemungkinan berniaga, struktur sosial dan politik merupakan syarat negara
pertama yang sepenuhnya mengembangkan pra syarat untuk take off. Kerap kali
sifat politis bersifat menentukan bagi priode transisi antara masyarakat
tradisional dan take off.
Tahap ke tiga yang dinamakan “take
off” menurut Rostow adalah interrval dimana penghambat serta penghalang lama
akhirnya diatasi selama periode take off, tingkat investasi efektif serta tabungan,dapat
meningkat. Dari katakan saja 5% dari
jumlah pendapatan nasional, hingga 10% atau lebih. Selama fase “take off”,
Industri-industri baru cepat meluas dan menghasilakan laba yang sebagian
direinvestasi dalam bentuk pabrik-pabrik baru, dan industri-industri baru
tersebut kembali lagi menstimulir ekspansi selanjutnya. Periode take off bagi
jepang terjadi pada akhir abad ke 19. Rusia dan kanada mencapainya pada
tahun-tahun sebelum 1914 ; sedangkan india dan R.R.C. pada tahun 1950 telah
melaksanakan periode take off mereka.
Fase
drive to maturity, menunjukkan bahwa kurang lebih 10 hingga 20% dari pendapatan
nasional diivestasi secara kontinu, hal mana menyebabkan bahwa output yang di
capai melebihi jumlah pertambahan penduduk.perekonomian yang bersangkutan
mencapai tempatnya pada perekonomian internasional: barang-barang yang didahulu
diimport, kini diproduksi pada negara sendiri. Terlihat kecenderungan
pergeseran fokus dari industri batu bara, besi dan industri barat ke arah
pembuatan perkakas-perkakas, mesin, bahan kimia dan alat-alat perlengkapan
listrik.
Maturity (kedewasaan) dapat
didefinisi sebagai suatu tingkat, dimana suatub perekonomian menunjukkan
kapisitas untuk bergerak, melampaui industri-industri semula yang mendorong
take offnya, dan untuk menyerap serta menerapkan efisien hasil-hasil akhir
teknologi modern.
Fase “ age of high mass
consumstion”. Pada tahapini melalui proses politis, negara-negara barat
melakukan pilihan untuk menyalurkan lebih banyak sumber daya ekonomi ke arah
sejahteraan sosial dan jaminan sosial. Dapat dikatakan bahwa semua teori
pembangunan, menghubungkan perambahan dalam pendapatan perkapital, dengan empat
faktor pokok yaitu :
a)
Akumulasi modal
b)
Pertumbuhan penduduk
c)
Penemuan sumber daya baru dan
d)
Kemajuan teknologik.
Keempat factor mempunyai antar hubungan erat satu sama
lain.
C. TEORI-TEORI MENGENAI UANG
A. Masalah
uang
Teori uang berusaha untuk memecahkan masalah uang. Pada
masalah uang dapat kita bedakan :
a. Masalah
kualitatif statik, yang memukakan persoalkan : apakah hakekat dari uang ?”.
sehubungan dengan itu pula : “apakah yang menimbulkan nilai pada uang?”. Jadi,
disini dipersoalkan sifat dan hakekat dari uang.
b.
Masalah kuantitatif dinamik, yang
mengemukakan persoalan : “apakah yang menyebabkan timbulnya perusahaan-perusahaan
dalam nilai uang?”. Masalah tersebut bersifat kuantitatif, disebabkan oleh
karena di persoalkan kuantum nilai yang tercangkup dalam kesatuan uang, dan
pula bersifat dinamik oleh karena itu selidiki perubahan-perubahan terhadap
nilai uang, akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan ekonomik.
Soal keuangan bertalian erat dengan seluruh kehidupan
ekonomi, organisasi keuangan serta kredit, serta luasnya sirkulasi uang,
mempunyai arti besar bagi produksi, pembentukan modal, perniagaan luar negeri,
pembentukan pendapatan dan terutama kelangsungan konyungtur.
B. George
Knapp
Dalam
bukunya “Staatliche Theorie des Geldes” (tahun 1905) Knapp mengikuti tradisi
Mashab Historis. Kalimat pertama bukunya berbunyi sebagai berikut : “Money is a Creature Of The Legal Order”.
Menurut
Knapp maka sebelum Pemerintah melakukan intervensi dan menyatakan alat tukar
sebagai alat pembayaran yang sah, maka uang mencapai nilainya hanya dari pada
bahan yang di gunakan untuk membuat uang tersebut. Kata Knapp lagi : “Das Geld
ist ein Geschopf der Rechtsordnung. . . Eine theorie des Geldes kan daher
nurrechtsgeschischichtsein”. Alat tukar menukar semula, berupa sepotong logam
atau benda lain yang di timbang, dan yang kemudian di terima sebagai alat
pembayaran dalam pertukaran dengan benda-benda lain. Knapp dalam hal ini
mengatakan adanya suatu “pensatorische Zahlung”, yakni pembayaran baru
dilakukan, setelah alat tukar yang bersangkutan di timbang. “Uang” barulah
tercipta, bilamana Pemerintah menyatakan dengan proklamasi apa yang akan
menjadi alat pembayaran. Uang demikian oleh karenanya mencapai suatu
“Prokmatorische Geltung”.
Jadi
uang diterima sebagai alat pembayaran, bukan karena uang tersebut mempunyai
nilai karena bahannya, melainkan karena mempunyai kekuatan membeli yang
ditetapkan Pemerintah. “Pernyataan” tersebut dapat dilihat pada cap, yang di
cantumkan Pemerintah pada uang logam atau uang kertas. Demikian uang tersebut
adalah uang chartaal (charta = tanda). Maka kadang-kadang teori Knapp
dinyatakan orang pula sebagai chartalisme.
Dapat dikatakan bahwa teori uang Georg Knappdengan
demikian menghalangi dipelajarinya fungsi ekonomi dan sifat-sifat uang. Ilusi
yang menyatakan bahwa Pemerintah mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan uang,
juga merupakan salah satu sebab tindakan-tindakan salah yang menimbulkan
inflasi di Jerman setelah berakhir Perang Dunia I. Teori Knapp bukan bersifat
ekonomik, melainkan yuridikn. Padahal suatu teori uang harus mempunyai fundasi
ekonomik.
C. H. Frijda
H.
Frijda mengemukakan sebuah “Teori Hukum” mengenai uang, untuk menghadapi “Teori
Kenegaraan” uang dari Knapp. Pendapatnya adalah sebagai berikut : Dalam
hubungan tukar menukar, para subjek ekonomi menerima uang sebagai alat
pembayaran, karena mereka mempunyai kepeercayaan terhadap Pemerintah. Dengan
demikian kepercayaan terhadap hukum merupakan dasar sirkulasi uang.
Teori hukum mengenai uang dari
Frijda menyatakan bahwa hakekat uang disebabkan karena uang memberikan hak
kekuasaan abstrak atas prestasi guna yang konkrit.
D. Teori Steuerfundation
Mereka yang menganut teori ini mengemukakan uraian
sebagai berikut : Bilamana uang akan berfungsi sebagai alat tukar, maka uang
harus disukai umum. Apakah sebabnya uang yang tak mempunyai nilai sebagai benda
(uang kertas) yang dikeluarkan Pemerintah disukai umum ? Jawabannya adalah
bahwa uang dapat digunakan sebagai alat untuk membayar pajak kepada Pemerintah.
Orang mempunyai keyakinan bahwa Pemerintah senantiasa menerima uang yang
dikeluarkannya sebagai alat pembayar pajak.
Sayang
sekali teori ini menghentikan uraiannya hingga titik ini. Sebab, kini timbullah
persoalan mengapa Pemerintah suka menerima uang tersebut. Akhirnya uang itu
dikeluarkannya kembali, sebagai alat tukar guna membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
Bagi seorang ahli ekonomi tidaklah
penting mengapa uang diterima sebagai alat pembayaran, dalam hubungan tukar
menukar, melainkan mengapa sejumlah uang tertentu diterima sebagai alat
pembayaran dan apa sebabnya kuantum tersebut dapat mengalami
fluktuasi-fluktuasi (dengan perkataan lain yang di perlihatkan adalah masalah
nilai uang).
- KAUM SOSIALIS KATHEDER
Kaum sosialis katheder adalah para
guru besar, yang dari mimbar (Katheder) mereka mengumandangkan
pendapat-pendapat sosial baru, dengan tujuan agar dengan bantuan pemerintah
dapat di peringan nasib orang-orang yang menderita. Kaum sosialis katheder
berjuang untuk mencapai perundang-undang sosial, guna kepentingan para
penderita sakit, kaum invalid, orang-orang yang sudah berusia lanjut, dan kaum
penganggur.
Di Jerman didirikan apa yang
dinamakan : “Verein fur Sozial politik” (tahun 1873), yang menyebabkan cara
berpikir seperti disebut diatas menjadi populer. Adolf Wagner bertindak lebih
radikal, dengan jalan menurut dilaksanakannya sosialisasi perusahaan-perusahaan
yang berhubungan dengan sifat monopolistik mereka, mengeksploitasikan publik.
Sebenarnya sosialisme katheder bukanlah merupakan sosialisme melainkan apa yang
dinamakan “interventionisme”.
- PENYELIDIKAN STATISTIK DAN TEORI KONYUNGTUR
Teori konyungtur dari Arthur
Spiethoff mengikuti garis induktif riset, yang dasarnya diletakkan oleh Mashab
Historis, dan secara lebih spesifik rencana riset konyungtur yang
diselenggarakan oleh ahli statistik Prancis yang bernama Clement Juglar.
Generalisasi menyebabkan Spiethoff melakukan penafsiran teoretik.
Masa meningkatnya konyungtur menurut
anggapan disebabkan karena penemuan-penemuan baru teknologik, dan di bukanya
daerah-daerah penjualan baru, dan menurutnya konyungtur di sebabkan karena
disproporsi antara nilai “modal nyata” mesin-mesin, serta alat-alat perkakas
lainnya dan modal uang yang tersedia untuk membelinya. Disebabkan oleh karena
mesin-mesin digunakan, serta dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama, maka
sulit untuk mempraktikkan permintaan akannya, sebelum produksi modal nyata
telah didorong untuk melampaui patokan biasa ; sedangkan di lain pihak
pembentukan modal uang, dari tabungan agar berkurang karena meningkatnya upah
pada fase kemudian periode “boom”. Dengan demikian harga produk industri berat
turun dan hal ini menyebabkan tergantungnya seluruh sistem.
Jadi, pada Speithoff masa “Hause” berakhir karena kekurangan
modal. Memang di konstratir adanya faktor-faktor moneter. Akan tetapi
faktor-faktor tersebut menduduki tempat ke dua, sebagai syarat-syarat pasif.
Produksi menurut pendapatnya dicirikan oleh perubahan-perubahan dalam produksi
barang-barang modal. Marilah kita memperlihatkan pandangan Speithoff (dan pihak
lain) selanjutnya, mengenai berbagai fase gerakan konyungtur.
a.
Fase
upswing
Baik
Spiethoff maupun Cassel, beranggapan bahwa selama depresi dapat diakumulasi
dana-dana, hingga pada permulaan hausse, ekspansi dapat berlangsung tanpa
bantuan bank, walaupun kelak bantuan mereka mau tidak mau dibutuhkan.
b.
Fase krisis (Downturn)
Erwerbskapital Hal
tersebut timbul karena kekurangan modal; bukanlah khusus dalam arti moneter,
melainkan sebagai akibat disproporsionalitas, dalam produksi barang-barang
tertentu. Hal tersebut merupakan akibat dari tabungan kurang dan konsumsi
berlebihan.
Spiethoff membedakan empat macam benda yaitu :
1. Benda-benda
konsumsi ;
2. Benda-benda
konsumsi tahan lama dan yang semi tahan lama ;
3. Benda-benda
modal bertahan lama ;
4. Bahan-bahan
dasar guna menghasilkan benda-benda modal tahan lama.
(Guter
des mittelbaren Verbrauchs).
Dalam
hal memproduksi benda-benda tersebut, maka selama “hausse” secara teratur
timbul suatu disproporsionalitas, dalam arti bahwa di sini terdapat kelebihan,
sedangkan di sana timbul adanya kekurangan. Pada sektor benda-benda tahan lama
secara teratur timbul produksi berlebihan (baja, besi, semen). Hal tersebut
mengimplikasi produksi berlebihan dalam “Guter des Mittelbaren Verbrauchs”.
Pembentukan benda-benda tahan lama tersebut dimodali oleh Erwerbskapital.
Di
samping berkurangnya permintaan, dapat dijumpai adanya pertambahan dalam
penawaran, karena banyak di antara alat-alat produksi tersebut digunakan untuk
menghasilkan alat-alat produksi lain, (misalnya tanur-tanur tinggi). Dengan
demikian penawaran meningkat secara progresif, terutama karena dipengaruhi
dengan baik oleh peralihan dari metode produksi organik, ke metode produksi
anorganik. Juga, jangka waktu produksi dan daya tahan memegang peranan penting
(pada azasnya sudah dapat kita jumpa azas “akselerasi” pada Spiethoff).
Kekurangan
(the missing glove) modal investasi berupa kekurangan benda-benda fisik,
inklusif alat-alat untuk bekerja, dan bahan-bahan untuk memeliharanya bagi para
pekerja benda-benda komplementer. Tanpa hal tersebut benda-benda modal tidak
dapat bekerja.
c. Fase drowswing.
Spiethoff
terutama menekankan faktor-faktor psikologik, yang banyak tergantung dari
bagaimana cara hausse terdahulu berakhir. Juga proses konstruksi bersifat
kumulatif. Faktor-faktor institusional juga memegang peranan penting, misalnya
kekakuan harga-harga.
d. Fase up
turn
Fase ini
dimulai oleh investasi-investasi yang bertambah, sebagai akibat biaya-biaya
produksi yang menurun, di mana terutama bunga modal memegang peranan. Menurut
Spiethoff di samping faktor-faktor tersebut masih terdapat stimulans dari luar
(penemuan-penemuan, pembukaan daerah-daerah penjualan baru dan sebagainya),
hingga dengan demikian bertambah kemungkinan-kemungkinan untuk mencapai laba.
Hal tersebut terutama dapat terlihat pada abad ke 19.
Joseph
Sehumpeter terutama menekankan “entrepreneur yang genius” yang lambat laun
menarik para pengusaha lainnya. (Jadi terdapat persamaan antara Spiethoff dan
Schumpeter, akan tetapi Schumpeter dalam teorinya tidaklah bertolak dari titik
terrendah depresi melainkan dari titik keseimbangan).
e. Rythm and periodicity
Tugan
Baranowsky (seorang ahli ekonomi yang mendahului Spiethoff - 1894)
mengibaratkan kehidupan ekonomi dengan sebuah mesin uap. Modal bebas setelah
melaksanakan tekanan tertentu, mencari jalan ke arah kehidupan ekonomi, yang
oleh karenanya mulai bergerak. Apabila hal tersebut sudah bekerja habis, maka
industri akan kembali lagi pada posisinya yang bebas.
Spiethoff
menerangkan amplitude dari goncangan hasil kumulatif proses ekspansi dan
kontraksi, yang untuk sebagian besar merupakan akibat faktor-faktor psikologik.
Ekspansi berakhir karena penawaran tabungan serta modal tidak dapat
diperkirakan. Permintaan dan penawaran modal tidak sama cepatnya. Penawaran
ditaksir terlampau banyak.
Pada
masa pemulihan baik faktor-faktor eksogin maupun faktor endogin memegang
peranan. Spiethoff di sini memberikan suatu titik pertemuan, bagi sebuah teori
“einvestment cyle” yang bertolak dari fakta bahwa modal tetap, setelah jangka
waktu tertentu harus diperbaharui.
- PANDANGAN MENGENAI TEORI SPIETHOFF
Teori
Spiethoff yang menyatakan bahwa sebab langsung krisis ekonomi bukanlah konsumsi kurang, melainkan konsumsi berlebihan, pada akhir masa
“boom” tidaklah lengkap. Teorinya tidak lain dari suatu usaha untuk mencoba
menerangkan satu fase kehidupan ekonomi.
Spiethoff
dengan jelas menyatakan bahwa fase “upswing” membutuhkan pekerja tambahan,
serta modal uang tambahan. Dari manakah sumbernya? Pada sistem tradisional yang
dikemukakan oleh teori Klasik, tidak terdapat modal menganggur, dan tidak
terdapat pekerja yang menganggur, karena bunga modal dan upah naik turun
sekitar titik di mana semua faktor-faktor produksi diserap.
Spiethoff
menyatakan bahwa krisis disebabkan adanya suatu disproporsi antara nilai modal
nyata dan modal uang yang tersedia untuk membelinya. Akan tetapi apakah
sebabnya suatu kenaikan dalam tingkat bunga modal tidak cukup menimbulkan modal
uang tradisional
; dan apakah sebab turunnya harga modal nyata yang berhubungan dengan harga
benda-benda konsumsi, tidak mengurangi penawaran, dan menaikkan permintaan, dan
menimbulkan suatu keseimbangan baru ? pernyataa-pernyataan demikian bukanlah
diajukan untuk menolak teori Spiethoff ataupun untuk memperinci teorinya,
melainkan ditunjukkan olehnya bahwa dalam ilmu ekonomi tradisional tidak ada
tempat untuk teori dinamik khusus ini mengenai konyungtur.
Dibutuhkan
suatu sistem dinamik teori ekonomi guna menerangkan fakta-fakta tersebut, yang
dalam teori Spiethoff dianggap sebagai kausa dari krisis-krisis ekonomi.
Penyelidikan
statistik, (mengerjakan bahan-bahan fakta historik) sangat berkembang pada abad
terakhir. Penyelidikan kuantitatif-pun makin berkembang. Perhatian terhadap
data ekonomi secara eksak, dapat diterangkan berdasarkan fakta bahwa para ahli
ekonomi modern makin memusatkan pikiran ke arah kemungkinan untuk memimpin dan
mengubah bentuk kehidupan ekonomi. Selama dianut pendapat bahwa bekerjanya
tenaga-tenaga dalam masyarakat secara bebas, akan menimbulkan kemakmuran
maksimal, maka tidak perlu adanya penyelidikan secara statistik.
Pada
tahun tigapuluhan timbullah suatu metode penyelidikan ekonomi baru, yakni ilmu ekonometri, yang bertujuan untuk
mengetes
secara statistik teori ekonomi setelah dituang dalam bentuk matematik.
- KAUM INSTITUSIONALIS
Pada
permulaan abad ini di bawah pimpinan seorang ahli ekonomi yang bernama
Thorstein Veblen, timbullah di Amerika Serikat aliran institusionalis dalam teori ekonomi, aliran mana hingga tingkat
tertentu dapat dibandingkan dengan mashab Historis.
Kaum
institusionalis bukanlah menyerang ketetapan formal logis dari teori ortodoks,
melainkan mereka beranggapan bahwa anggapan dasar yang merupakan landasan teori
tersebut, tidak cukup sesuai dengan realita.
Veblen
beranggapan bahwa perlu dibedakan keinginan pertama instinktif, guna memelihara
kesejahteraan golongan yang dinyatakannya sebagai “the parental bent”; dorongan untuk melaksanakan sesuatu yang
doelmatig, yang dinyatakannya sebagai “the
instinct of workmanship”, dan akhirnya dorongan untuk mencapai pengetahuan
yang dinamakannya “idlecuriosity”.
Tepatlah anggapan Veblen yang menyatakan bahwa oleh karena persaingan bebas
dalam masa modern, makin lama makin diganti oleh monopoli maka teori ekonomi
janganlah hanya dibangun berdasarkan premis-premis persaingan bebas.
Hervey peck salah seorang diantara
kaum institusionalis modern berusaha mencari hubungan antara keadaan ekonomi
dan sosial dalam macam-macam periode waktu, dan teori-teori yang timbul pada
periode tersebut.dapat dikemukakan bahwa mashab institusional kadang-kadang
juga dinamakan mashab realis.
Buku-buku
Veblen yang terkenal antara lain: “ the teory of the leisure class” (1899),
“the teory of business enterprise” (1904) tema bukunya yang pertama, adalah
bahwa standar-standar sosial yang mendeterminasi kelakuan pada kapitalisme
barat, sekalipun dengan embel-embel modern, pada intinya tidak banyak berbeda
dengan apa yang mencirikan masyrakat barbar. Tanda “pangkat tinggi” pada kedua
jenis peradaban adalah “pembebasan dari pekerjaan industrial”.
Para penguasa barbar terdiri dari
ahli perang atau pendeta. Status yang dicapai mereka bukanlah berdasarkan
karya-karya produktif, melainka karena usaha merampok. Sifat-sifat aristokratik
adalah sama pada waktu sekarang seperti pada waktu dahulu – yakni kekejaman,
system klik, sikap pura-pura dan penggunaan kekuasaan dan penipua-penipuan.
Aristokrat-aristokrat modern yang
berkecimpung dalam bidang permodalan dan usaha raksasa, juga menunjukkan
sifat-sifat sama. Perbedaan pokok klas penduduk lebih tinggi, adalah bahwa
aktivitas mereka tidak berguna sama sekali di pandang dari sudut rakyat biasa.
Tanda mereka sudah mencapai sukses dalam kehidupan adalah pengeluaran
berlebihan, yang sebenarnya bukanlah memenuhi kebutuhan nyata. melainkan
merupakan tanda prestise. (Apabila menggunakan istilah lain yang lebih dikenal
dalam ilmu ekonomi, maka yang rupanya dimaksudkan oleh Veblen adalah “De monstration effect)”.
Contoh-contoh yang dikemukakan
veblen adalah sebagai berikut: pakaian serba luks dan halus, yang tidak dapat
digunakan untuk pekerjaan berat, istri yang dihiasi perhiasan mahal, makanan
yang serba mewah atau pelajaran-pelajran yang tidak berguna merupakan
“conspicious waste” (pemborosan yang menyolok) dan “conspicious consumption”
(konsumsi yang menyolok).
Industri yang menggunakan tekhnologi
yang komplek, merupakan suatu metode yang efisien guna menghasilkan benda-benda
yang diburtuhkan orang-orang. akan tetapi perusahaan tidaklah sama dengan
industri; sebaliknya perusahaan merupakan suatu cara untuk mengendalikan
sebagian dari proses industrial, hingga dapat dicapai banyak uang dari padnya.
“membuat” uang sangat berbeda dibandingkan dengan membuat benda-benda; kedua
proses kerapkali bertentangan satu sama lain.
Orang yang dapat mencapai uang,
seringkali adalah orang yang membatasi produksi, melenyapkan persaingan,
mengurangi efisiensi, mengacaukan kulitas produk. aktivitas orang-orang
demikian dalam usaha mencari laba, dengan metode-metode tersebut membawakan
sebagai hasil, fraude (penipuan) terhadap konsumen, dan para penanam modal
kecil; mereka menimbulkan keadaan panik, depresi industrian dan pengangguran.
Karena laba yang dikejar maka para
captains of industry takut terhadap overproduksi benda-benda, yang walaupun
sangat berguna bagi para konsumen, dapat menyebabkan bahwa harga-harga aka
turun, hingga di bawah tingkat dimana laba maksimal dapat dicapai. Guna
mencegah hal tersebut, maka biasanya para pengusaha melaksanakan
tindakan-tindakan “ sa bo tase
kaapitalistik “. Misalnya mereka menghentikan pekerja-pekerja atau menutup
perusahaan-perusahaan mereka, apabila harga turu terlampau rendah, hingga
demikian mereka menghalagi produktivitas proses mesin modern.
Bagi Thorstein veblen konflik dasar
dari kapitalisme bukanlah antara kaum buruh dan kaum kapitalis dalam arti
Marxis, melainkan antara keinginan-keinginan produktif dan keinginan mencapai
laba yang masing-masing merupakan komponen pokok dari orde kapitalistik. bagi
veblen keinginan untuk menghasilkan yang bukan didorong oleh laba, merupakan
suatu kecenderungan manusia yang bersifat alamiah, yakni apa yang dinyatakannya
sebagai “instinct of workmanship” yang
sering kali ditekan oleh usaha untuk mencapai laba.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Mashab historis mudalah yang
menentang metode serta teori klasik. mereka menentang metode abstraksi, dan
perkataan historis menunjukkan disini bahwa
ilmu pengetahuan ekonomi dalam instansi pertama, harus mengenal
fakta-fakta dalam periode tertentu dan pada tempat tertentu.
Jadi ciri tipis bagi mashab historis
lama adalah pemikiran mengenai tahap-tahap (stufengedachte), sedangkan tipis
bagi mashab historis muda adalah penyelidikan empirik. pemimpin mashab historis
adalah Schmoller. ilmu ekonomi klasik menurutnya didasarkan atas fakta yang
terlampau sedikit jumlahnya. ilmu ekonomi harus mempunyai cukup data, perihal realita.
Schmoller terkenal sehubungan dengan
pertentangan mengenai metode dengan K.Menger, pertentangan dimenangkan oleh
menger pada dasarnya merupakan pertentangan antara metode induktif dan
deduktif. metode induktif membuat urian berdsarakan soal-soal khusus kearah
yang bersifat umum, sedangkan metode deduktif berpangkal pada sejumlah asumsi,
yang dicapai berdasarkan realita, dan dari padanya dicapai sebuah teori.
Mashab histori muda menentang”laiser faire”.
mereka mengajukan apa yang dinamakan intervensionisme (schmoller, brentano dan
sebagainya). hal tersebut terjadi sewaktu penyelidikan mengenai fakta-fakta
dilakukan mereka, maka dijumpai keadaan-keadaan sosial buruk.
Maka itu rencana mereka mencakup
antaranya:
1.
Pajak progresif;
2.
Undang-undang perburuhan;
3.
Undang-undang perumahan.
Politik ekonomi
interventionisme tersebut kadang-kadang acara mencemoohkan dinyatakan sebagai
sosialisme katheder. Ada lah tipis bahwa terdapat dua penganut Mashab historis
mudah yakin Max Weber dan Werner Sombart yang secara radikal menentang Ekonomi
normative. Weber menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mengalihkan
tanggungjawabnya mengenai politik ekonomi mengenai ilmu pengetahuan. Boleh
dikatakan bahwa pengaruh Weber dan Sombart sangat besar, di sebabkan oleh
karena sesudah mereka ilmu ekonomi murji paling banyak mencapai penganut,
Prof. Lambers mengumumkan pendapat
bahwa masahab Historis lama merupakan suatu sintesis antara Mashab Klasik dan
Mashab mereka menunjukkan bahwa keteraturan tersebut tidak sama untuk semua waktu,.
Mereka melihat adanya suatu arus perkembangan dalam masyarakat, dan hal
tersebut dinyatakan mereka dalam apa yang di namakan stufentheoiren.
Apabila kita memperhatikan
tulisan-tulisan Karl Marx, maka kita dapat menjumpa adanya persamaan dengan
mashab Historis Lama yakni ide perkembangannya.
Stark menamakan Karl Marx : pemimpin
Historisme yang pertama mengemukakan sebuah Stufentheorie adalah FRIEDRICHLIST
dalam bukunya “Das Nasiaonale System der Politischen Oeko-nomie.List”menyerang
kosmopolitisme Mashab Klasik. Dalam ilmu ekonomi mereka mengenai “Wealth”
mereka tidak memperhitungkan sifat-sifat tipis suatu Negara. Maka itu ia
menonjolkan “ Nationale System” nya.Didalam di masukkannya sebuah teri
tenaga-tenagaproduktif. Tahap-tahap perkembangannya di dasarkannya atas keadaan
di jerman.
Di antara pihak yang mengajukan
stufentheorie dapat di kemukakan : Hildebrand, karl Bucher, Schmoller, Werner
sombart, Eugen von Philopovich. Eugen dalam bukunya “ Die Grundlagen der 118
nationale oekonomie” mengeritik para teoritisi “ Stufen”, dan menyatakan bahwa
mereka tidak mempunyai pandangan tepat mengenai orde ekonomi.
Sebab-sebab
timbulnya Mashab Historis
Prof. de Vries menerangkan timbulnya
Mashab Historis berdasarkan “ Die Arbiterfrage”, yakni masalah baru, yang pada
bagian terakhirpada abad ke 19 merupakan persoalan yang hangat. Studi mengenai
hal tersebut menyatakan di lakukannya penyelidikan ke arah fakta-fakta.
1. Ditentangnya wetmatigheid ekonomik
otonom
Yang
di maksud dengan otonom-otonom ilmu pengetahuan ekonomi, yaitu
factor bahwa kita dapat merumuskan hokum-hukum
ekonomi umum, yang tidak tergantung pada organisasi masyarakat, dan tidak
tergantung dari motif-motif tindak-tanduk manusia. Dengan di tentanganya “homo
economicus”, yakni manusia yang hanya bertindak berdasarkan kepentingan
sendiri, maka mashab Historis juga menentang azas pikiran wetmatigheid ekonomi
otonom. Hal tersebut sebenarnya salah.
Ilmu
ekonomi modern juga tidak menggunakan konsep” homo economicus”.Kita berpangkal
pada manusia, dengan sifatnya sebagai manusia yakni skala-skla profensinya
diketahui oleh kita. Dibelkangnya terdapat suatu kompleks motif-motif yang
tidak mampu kita persoalkan.
Seorang
ahli ekonomitidak akan menghiraukan misalnya mengapa seorang membeli bunga.
Kita hanya berpangkal sebagai asaz bahwa sikonsumen berusaha untuk mencapai
pemuasan kebutuhan maksimal. Akan tetapi tidak menggunakan konsep “ Homo
economicus”janganlah kita membuang asaz pikiran Wetmatigheid ekonomik atonom.
Selalu
dan dimana-mana saja manusia menghadapi masalah pembagian alat-alat pemeneuhan
kebutuhan- kebutuhan yang tidak terbata. Dari padanya dapat di dukasisejumlah
Wetmatigheden yang bersifat otonom.
2. Ditentangnya metode abstraksi
Metode ini di bela dengan baik sekali oleh Menger,
terhadap tantangan schmoller.Menger
telahmenunjukkan bahwa pokok pertentangan adalah obyek penyelidikan kita.
Perhatian kita dapat di tunjukkan kearah pengetahuan mengenai keteraturan, atau
dengan perkataanlain soal “ Generelle” dalam Gjala-Gejala atau kerah yang
khusus yakni soal “Enmeligh” . Hal tersebut membawakan suatu perbedaan dalam
pengurainnya.
Jadi,
perhatian kaum Historis ditujukan pada hal yang khusus, hingga orang sampai
pada metode pekerjaan detail yang bersifat menerangkan atau penvgumpulan fakta.
Marshall telah menunjukkan bahwa senantiasa akan terdapat suatu aliran Historik
di samping suatu aliran teoritik.
DAFTAR PUSTAKA
Lihat Deliarnov. Perkembangan
Pemikiran Ekonomi (Edisi Revisi). Jakarta: PT Grafindo Persada,
2009. h.128-129.
Winardi, Sejarah Perkembangan ilmu ekonomi, 1987
www.ekonomikontekstual.com
Komentar
Posting Komentar